Jakarta – Para menteri luar negeri dari tujuh negara bertemu di Istanbul pada Senin (3/11) untuk membahas langkah-langkah mempertahankan gencatan senjata di Gaza serta merumuskan rencana bagi masa depan wilayah tersebut. Pertemuan ini digelar di tengah berlanjutnya serangan Israel meski ada kesepakatan gencatan senjata.
Menlu Turki, Hakan Fidan, memimpin pertemuan yang dihadiri oleh menteri luar negeri dari Uni Emirat Arab, Indonesia, Qatar, Pakistan, Arab Saudi, dan Yordania.
Fidan menyampaikan bahwa seluruh peserta pertemuan mencapai kesepahaman mengenai pentingnya menjaga gencatan senjata dan mencegah timbulnya kekerasan baru.
“Semua peserta sepakat bahwa kami tidak ingin kekejaman di Gaza terulang kembali,” ujarnya kepada wartawan. Ia menambahkan bahwa negara-negara tersebut mendukung solusi dua negara sebagai dasar bagi perdamaian jangka panjang.
Lebih lanjut, Fidan menuduh Israel telah berulang kali melanggar kesepakatan gencatan senjata dan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan, yang membuat implementasinya menjadi sulit.
Terkait masa depan tata kelola Gaza setelah perang berakhir, Fidan mengatakan bahwa pembahasan masih berlangsung. Ia menekankan perlunya kesepakatan bersama sebelum rencana final disusun.
“Ini adalah proses yang sensitif, dan kita harus melanjutkannya dengan hati-hati. Setiap langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah Palestina seharusnya tidak menciptakan masalah struktural di masa mendatang,” ujarnya.
Fidan juga menegaskan bahwa ketujuh negara memiliki pandangan yang sama mengenai siapa yang seharusnya memimpin Gaza.
“Palestina harus diperintah dan diamankan oleh Palestina,” tegasnya.
Walau gencatan senjata telah dimulai sejak 10 Oktober, serangan Israel dilaporkan masih terus terjadi dan telah menewaskan lebih dari 200 warga Palestina, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatakan bahwa Hamas tampak mematuhi gencatan senjata, sementara Israel justru dianggap melanggarnya.
“Kita dihadapkan pada pemerintahan yang, dengan berbagai dalih, telah menewaskan lebih dari 200 orang tak berdosa sejak perjanjian gencatan senjata, dan melanjutkan pendudukan serta serangannya di Tepi Barat,” kata Erdogan.
Ia menegaskan bahwa kekerasan yang terus berlangsung dapat mengancam upaya perdamaian yang tengah diusahakan. (*)



