Jakarta, Suarabersama.com – Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan atau BI rate pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Pertanyaan yang muncul adalah kapan penurunan ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan deposito bank.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Eka Fitria, menjelaskan bahwa tidak hanya suku bunga BI yang berpengaruh, tetapi juga penurunan oleh Federal Reserve (Fed) yang akan berdampak pada perbankan. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga likuiditas perbankan.
“Jika hal ini bisa kita jaga dan menambah likuiditas pasar sesuai dengan harapan, maka implikasi dari penurunan benchmark rate ini akan lebih cepat tercermin dalam suku bunga kredit maupun suku bunga deposito,” kata dia dalam konferensi pers Mandiri Macro And Market Brief secara virtual, Kamis (26/9/2024).
Eka juga menyebutkan bahwa saat ini ada beberapa instrumen perbankan yang jatuh tempo pada November dan Desember yang dapat menambah likuiditas. Ia memperkirakan bahwa pengaruh penurunan suku bunga BI terhadap bunga kredit dan deposito akan terlihat di awal 2025.
“Diperkirakan maka impactnya akan bisa terjadi lebih cepat. Apabila hal tersebut masih tertunda mungkin kita melihat masih baru di 2025 awal, kita lihat transmisi dan impact langsungnya terhadap penurunan suku bunga deposito dan bunga kredit,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunga acuan setelah menahannya sejak Mei 2024. Penurunan ini juga diikuti oleh suku bunga deposit facility yang turun menjadi 5,25% dan suku bunga lending facility menjadi 6,75%.
“Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah yaitu 2,5±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).
(XLY)
