Suara Bersama

Viral World App Tawarkan Rp800 Ribu untuk Scan Iris Mata, Apa Risikonya?

Jakarta – Aplikasi World App belakangan ramai diperbincangkan warganet karena menawarkan imbalan sebesar Rp800 ribu kepada siapa saja yang bersedia memindai iris matanya. Program ini bertujuan membentuk sistem identitas digital global berbasis data biometrik. Namun, kehadirannya juga menimbulkan pertanyaan serius tentang aspek keamanan dan etika penggunaan data pribadi.

World App dikembangkan oleh Tools for Humanity (TFH), perusahaan teknologi asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Sam Altman—CEO OpenAI dan pencipta ChatGPT—serta Alex Blania. Dalam operasinya, mereka menggunakan teknologi bernama Orb, sebuah perangkat canggih dengan sensor dan kamera resolusi tinggi yang memindai iris, wajah, dan bahkan merekam tanda-tanda vital seperti detak jantung serta pernapasan tanpa kontak langsung.

TFH mengklaim bahwa hasil pemindaian diubah menjadi “IrisHash”, sebuah kode yang disimpan secara lokal dan tidak disebarkan. Verifikasi dilakukan dengan metode kriptografi zero-knowledge proof untuk mengecek duplikasi tanpa mengekspos data mentah.

Meski begitu, pakar privasi dari TrustCloud menyebut praktik ini menyimpan potensi risiko tinggi. Data biometrik, seperti iris mata, tidak bisa diubah seperti kata sandi atau alamat email. Bila bocor, data tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyamar sebagai individu lain dan digunakan dalam berbagai kejahatan, mulai dari pencurian identitas keuangan, penipuan pemilu, hingga akses ilegal ke lokasi terbatas.

TrustCloud juga menggarisbawahi bahwa data biometrik seringkali menjadi incaran dalam dunia siber karena nilainya yang tinggi di pasar gelap. Bahkan, data tersebut berpotensi dijual ke perusahaan besar untuk kepentingan iklan bertarget dan manipulasi perilaku konsumen.

Investigasi sebelumnya oleh MIT Technology Review pada 2022 menunjukkan indikasi eksploitasi data oleh Worldcoin, dengan menyasar komunitas rentan di sejumlah wilayah, termasuk beberapa desa di Jawa Barat. Warga didorong menyerahkan data biometrik mereka dengan imbalan uang tunai, dan dalam beberapa kasus bekerja sama dengan perangkat desa setempat.

Meski baru resmi meluncur di Indonesia pada Februari 2025, program ini sejatinya sudah aktif lebih lama dengan strategi promosi berbeda di tiap negara—seperti pembagian AirPods gratis di Sudan untuk menarik partisipasi.

Keberadaan World App saat ini masih menuai kontroversi, dengan Kominfo dilaporkan sempat membekukan operasionalnya untuk ditinjau kembali. Masyarakat pun diimbau untuk berpikir dua kali sebelum menyerahkan data biometrik mereka, karena potensi risikonya bersifat jangka panjang dan tak bisa dibalik.


Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 − 6 =