Jakarta – Turki berupaya mengevakuasi sekitar 200 warga sipil Jalur Gaza, Palestina, yang terjebak di terowongan Rafah. Langkah ini dilakukan bersamaan dengan keterlibatan Turki dalam memfasilitasi penyerahan tentara Israel, Hadar Goldin, yang jenazahnya ditemukan pekan lalu di terowongan tersebut.
“Turki berhasil memfasilitasi pemulangan jenazah Hadar Goldin ke Israel setelah 11 tahun,” ujar sumber keamanan Turki, dikutip Middle East Monitor, Senin (10/11).
“Pada saat yang sama, kami terus berupaya memastikan evakuasi yang aman bagi sekitar 200 warga sipil Gaza yang terjebak di terowongan,” imbuh sumber itu.
Otoritas Turki menegaskan bahwa ratusan orang tersebut adalah warga sipil biasa, bukan anggota Hamas. Namun, Israel dan sekutunya menilai orang-orang di terowongan sebagai bagian dari Hamas.
Amerika Serikat bahkan mengusulkan agar 200 orang tersebut menyerahkan senjata mereka, sebagai syarat untuk dipindahkan ke wilayah Gaza di luar kendali Israel atau ke negara ketiga. Proses ini digambarkan sebagai mekanisme percontohan pelucutan senjata sesuai rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, pejabat Israel menegaskan Tel Aviv tak akan membiarkan ratusan orang itu pergi begitu saja.
“Israel tak akan membiarkan 100-200 teroris itu meninggalkan terowongan, bahkan jika mereka meletakkan senjata,” kata sumber tersebut, dikutip Huriyet.
Namun, Israel kemungkinan harus mempertimbangkan kompromi jika menghadapi tekanan diplomatik dari Amerika Serikat.
Turki memang diketahui memiliki hubungan dekat dengan Hamas. Langkah mengevakuasi warga Gaza dan memfasilitasi penyerahan jenazah tentara Israel menunjukkan peran Turki yang semakin aktif dalam konflik Gaza.
Selain itu, Turki konsisten mengecam agresi Israel di Gaza, bahkan hingga memutus hubungan ekonomi dengan Israel dan melarang maskapai Israel melewati wilayah udaranya.
