Suara Bersama

Turis Thailand Boikot Kunjungi Korsel

Jakarta, Suarabersama.com – Beberapa bulan terakhir, banyak turis Thailand melancarkan aksi boikot terhadap kunjungan ke Korea Selatan. Bahkan, tagar #BanKorea menjadi populer di media sosial, khususnya di X, berkat kampanye dari warga Thailand. Sebelum isu ini mencuat, banyak turis Thailand mengalami pengalaman negatif saat bepergian ke Korea Selatan. Imigrasi Korea Selatan memperketat pemeriksaan terhadap pengunjung dari Thailand.

Permasalahan terkait pemeriksaan imigrasi yang ketat di Korea Selatan semakin parah sejak tahun lalu, memicu perdebatan sengit antara netizen Thailand dan Korea Selatan di media sosial.

Seperti yang dilaporkan oleh Nikkei Asia, sejumlah warga Thailand dengan pra-persetujuan elektronik justru ditolak masuk oleh pihak imigrasi Korea Selatan. Akibatnya, calon turis mengalami kerugian finansial yang mencapai ratusan hingga ribuan dolar AS.

Banyak warga Thailand yang ditolak setelah tiba di Korea Selatan tidak dapat mengklaim kembali biaya tiket pesawat, akomodasi hotel, atau pembayaran awal yang sudah mereka lakukan melalui agen perjalanan untuk tur mereka.

Yang lebih menyedihkan adalah cap penolakan yang ditempelkan oleh petugas imigrasi Korea Selatan di paspor mereka, yang semakin menyulitkan mereka untuk masuk ke negara lain. Tagar #BanKorea pun kembali populer dalam beberapa bulan terakhir.

Suthana Sombutsatien, seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun asal Thailand, memilih membatalkan rencana perjalanannya ke Korea Selatan dan beralih ke Jepang tahun lalu.

Dia menjelaskan bahwa perubahan tujuan disebabkan oleh biaya perjalanan yang lebih murah karena mata uang yen yang melemah [terhadap baht] dan juga mengungkapkan bahwa temannya mengalami penolakan dari imigrasi Korea.

Menurut Suthana, temannya ditolak dan tidak mendapat kompensasi apa pun dari pihak berwenang Korea Selatan untuk pemesanan hotel. Akibatnya, Suthana merasa bahwa bepergian ke Korea Selatan menjadi terlalu berisiko.

“Saya ditolak oleh imigrasi dan langsung dipulangkan ke Bangkok tahun lalu,” kata Eve Khokesuwan, seorang pembantu rumah tangga berusia 42 tahun dari Kalasin di timur laut. Karena ia tidak fasih berbahasa Inggris, ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti keputusan otoritas Korea.

“Saya tidak ingin pergi ke Korea lagi karena itu adalah perjalanan paling menegangkan yang pernah ada. Saya merasa sangat kecewa [tentang Korea Selatan],” tambahnya.

Korea Selatan sendiri menuding masalah ini disebabkan oleh banyaknya pekerja ilegal dari Thailand. Berdasarkan data pemerintah Korea Selatan, terdapat 157.000 warga Thailand yang tinggal secara ilegal hingga September 2023, jumlah ini tiga kali lipat dari yang tercatat pada tahun 2015.

Pemerintah Korea Selatan menyebutkan tahun lalu bahwa sejak tahun 2016, warga Thailand adalah kelompok terbesar dari orang asing yang tinggal ilegal di negara tersebut.

(Hni)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − 11 =