Washington, Suarabersama – Presiden Amerika Serikat mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang menurutnya akan dimulai enam jam setelah pengumuman dibuat. Dalam pernyataannya di media sosial, ia menyampaikan ucapan selamat kepada kedua pihak dan menjelaskan bahwa Iran akan memulai gencatan senjata terlebih dahulu, diikuti Israel 12 jam kemudian. Pada jam ke-24, konflik disebut akan berakhir secara resmi.
Presiden AS menyebut bahwa kesepakatan tersebut tercapai setelah komunikasi dengan Perdana Menteri Israel serta melalui jalur diplomatik dengan pejabat Iran. Beberapa pejabat tinggi AS termasuk Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, dan utusan khusus juga dikabarkan terlibat dalam proses komunikasi ini.
Namun, pernyataan dari Iran membantah klaim tersebut. Menteri Luar Negeri Iran secara tegas mengatakan belum ada kesepakatan resmi mengenai penghentian operasi militer. Ia menegaskan bahwa Iran hanya akan menghentikan serangan jika Israel terlebih dahulu menghentikan agresinya sebelum pukul 4 pagi waktu Teheran.
Meskipun begitu, pernyataan dari Tel Aviv menyebut bahwa Israel telah menyetujui gencatan senjata bilateral. Pemerintah Israel mengklaim bahwa tujuan dari operasi militer mereka yang disebut Operation Rising Lion telah tercapai, termasuk keberhasilan menyingkirkan ancaman eksistensial yang bersifat nuklir dan rudal balistik.
Namun situasi tetap tegang. Pada Selasa pagi, dua rudal diluncurkan dari Iran dan memicu peringatan serangan udara di Israel bagian utara. Rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel. Sebagai respons, Menteri Pertahanan Israel memerintahkan serangan lanjutan terhadap target-target penting di Teheran.
Ketegangan ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat klaim diplomatik tentang gencatan senjata, kenyataan di lapangan masih menunjukkan risiko eskalasi lebih lanjut.
