Jakarta, Suarabersama.com – Kapuspen TNI, Brigjen TNI Kristomei Sianturi, mengungkapkan bahwa serangan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan kelompok OPM atas permintaan uang yang tidak dipenuhi oleh para tenaga pengajar. Dalam aksi kekerasan tersebut, satu guru bernama Rosalina (30) ditemukan tewas dengan luka-luka akibat penganiayaan. Selain itu, enam guru lainnya juga mengalami luka-luka dalam serangan itu.
Tidak hanya itu, kelompok OPM juga melakukan pembakaran terhadap gedung sekolah dan rumah guru, yang menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas pendidikan setempat. Serangan ini menimbulkan rasa ketakutan di kalangan masyarakat sekitar.
Sebagai respons cepat, TNI bersama aparat terkait segera mengevakuasi 42 tenaga pengajar dan tenaga kesehatan dari daerah tersebut. Mereka dipindahkan ke Jayapura untuk memastikan keselamatan mereka. Brigjen Kristomei Sianturi menyatakan bahwa upaya pengamanan di wilayah rawan akan terus ditingkatkan, dan TNI bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menindak tegas para pelaku serangan ini.
“TNI tidak akan tinggal diam terhadap aksi-aksi biadab yang mengancam keselamatan warga sipil dan stabilitas keamanan di Papua,” tegas Kristomei dalam keterangannya, Minggu (23/3/2025).
TNI menekankan pentingnya keberadaan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di Papua untuk kemajuan masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlindungan terhadap mereka akan terus diperkuat, guna memastikan keamanan dan kelancaran aktivitas pendidikan serta kesehatan di wilayah tersebut.
(HP)



