Jakarta, Suarabersama – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyarankan negara-negara maju untuk memberikan dukungan kepada Pandemic Fund melalui mekanisme Debt-for-Health Swaps (tukar utang untuk kesehatan). Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban negara-negara miskin yang memiliki tingkat utang tinggi, sehingga mereka dapat lebih fokus pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan penanganan pandemi.
Sri Mulyani menyampaikan usulan ini saat menghadiri High Level Event yang diselenggarakan oleh The Pandemic Fund. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian pertemuan ketiga para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 yang diadakan di bawah kepemimpinan Brasil, di Kota Rio de Janeiro. Dalam pertemuan ini, para pemimpin ekonomi dunia berkumpul untuk membahas berbagai langkah strategis guna menghadapi tantangan global, termasuk kesiapan dan respons terhadap pandemi.
Pandemic Fund adalah sebuah inisiatif penting yang diluncurkan sebagai salah satu pencapaian utama dari Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022. Inisiatif ini berhasil mengumpulkan lebih dari 2 miliar USD dari 47 donor dan telah mendanai 19 proyek di 37 negara. Proyek-proyek tersebut difokuskan pada peningkatan kesiapan dan respons terhadap pandemi, termasuk di negara-negara seperti Bhutan, Ethiopia, Kamboja, Mongolia, dan India. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan global dan memastikan bahwa negara-negara dengan sumber daya terbatas dapat lebih siap menghadapi ancaman pandemi di masa depan.
Sebagai salah satu co-chair dari Health and Finance Ministers, Sri Mulyani menyampaikan tiga poin penting yang harus menjadi perhatian utama. Pertama, Pandemic Fund harus tidak hanya mendanai kesiapan, tetapi juga meningkatkan kemampuan respons dalam pengendalian wabah. Dengan demikian, dampak yang ditimbulkan oleh pandemi dapat diminimalisir, dan masyarakat dapat terlindungi dengan lebih baik.
Kedua, Pandemic Fund harus mampu menarik sumber pembiayaan alternatif. Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama proyek dengan Bank Pembangunan Multilateral (MDB), sektor swasta, filantropi, dan dana dari masing-masing negara. Dengan demikian, dana yang tersedia untuk kesiapan dan respons terhadap pandemi dapat lebih optimal dan berkelanjutan.
Ketiga, negara-negara maju dapat mendukung Pandemic Fund melalui mekanisme Debt-for-Health Swaps. Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban negara-negara miskin yang memiliki tingkat utang tinggi. Dengan mengalihkan sebagian dari kewajiban utang mereka untuk mendanai program kesehatan, negara-negara miskin dapat lebih fokus pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan penanganan pandemi, tanpa terbebani oleh utang yang menggunung.
Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia akan terus mendukung kerja sama internasional dalam penanganan pandemi, termasuk melalui Pandemic Fund. Indonesia juga akan terus mempromosikan inisiatif ini di berbagai forum internasional lainnya. Hal ini telah dilakukan di Forum ASEAN dan akan terus diperluas ke forum-forum lain untuk memastikan bahwa upaya penanganan pandemi mendapatkan dukungan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan negara-negara dengan sumber daya terbatas dapat lebih siap menghadapi ancaman pandemi di masa depan. Upaya kolaboratif ini juga diharapkan dapat memperkuat sistem kesehatan global, sehingga masyarakat di seluruh dunia dapat terlindungi dengan lebih baik dari ancaman kesehatan yang mungkin muncul.