Jakarta, Suarabersama.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan penilaian positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 yang mencapai 5,05%. Menurut Sri Mulyani, pencapaian ini terbilang memuaskan mengingat tantangan global yang tidak sedikit dan sangat kompleks.
“Kalau dilihat Indonesia relatif growth stabil di 5% itu di tengah turbulance dunia yang gak kecil-kecil, gak kaleng-kaleng,” ujar Sri Mulyani dengan tegas saat memaparkan hasil APBN KITA pada hari Selasa, 13 Agustus 2024. Pernyataan ini menunjukkan betapa solidnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian dan ketegangan yang melanda perekonomian global.
Sri Mulyani juga menekankan pentingnya menjaga pencapaian pertumbuhan ekonomi ini agar tetap stabil di masa depan. “Stabilitas pada high enough, yaitu 5%,” lanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi berada pada level yang baik, perlu adanya usaha berkelanjutan untuk mempertahankannya.
Salah satu faktor yang memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari sisi permintaan yang didorong oleh faktor siklikal, seperti hari raya dan libur sekolah. Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 tumbuh sebesar 4,93%, yang merupakan peningkatan tipis dibandingkan dengan 4,91% pada kuartal I-2024 dan 4,8% pada kuartal IV-2023. “Over all ini trek bagus untuk konsumsi. Ini karena inflasi mulai turun, terutama volatile food,” papar Sri Mulyani.
Di sisi lain, investasi, atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB), juga menunjukkan perbaikan yang signifikan. Pada kuartal II-2024, investasi tumbuh sebesar 4,43%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 3,79% pada kuartal I-2024. Sri Mulyani berharap bahwa tren positif ini akan terus berlanjut dan dapat menjadi motor penggerak ekonomi di tahun ini. “Kita harap bisa catch up sehingga bisa menjadi motor penggerak ekonomi tahun ini,” kata Sri Mulyani.
Namun, belanja pemerintah menunjukkan dinamika yang berbeda. Belanja pemerintah tumbuh 19,9% pada kuartal I-2024, tetapi melambat menjadi 1,42% pada kuartal II-2024. Sri Mulyani menjelaskan bahwa pelambatan ini disebabkan oleh adanya front loading Pemilu, serta pengaruh dari belanja gaji dan pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Juga untuk bansos di kuartal I-2024 itu keliatan lebih tinggi karena kuartal I-2023 rendah. Karena Mensos masih perbaikan data. Jadi kuartal I-2023 yang 19,9% jump,” jelas Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa lonjakan belanja tersebut tidak mencerminkan pengeluaran yang berlebihan, melainkan adanya penyesuaian yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pensiun yang meningkat sebesar 12%, serta bantuan sosial yang basis tahun lalu lebih rendah dan adanya Pemilu. “Itu tak tunjukkan kita jor-joran ada penjelasannya ada gaji yang naik, kemudian pensiun naik 12%. Kemudian bansos yang base tahun lalu rendah dan ada Pemilu,” tambahnya.
Dengan penjelasan ini, Sri Mulyani memberikan gambaran yang jelas mengenai dinamika ekonomi Indonesia, serta tantangan dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tetap stabil dan berkelanjutan di masa mendatang.
(XLY)



