Jakarta, Suarabersama.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) berpotensi melemahkan nilai tukar Rupiah. Hal ini terjadi seiring dengan penguatan indeks Dolar AS yang menekan berbagai mata uang global, termasuk Rupiah.
Menurut Sri Mulyani, sebelum hasil Pilpres AS diumumkan, nilai tukar Rupiah sempat mengalami penguatan hingga bulan Oktober 2024, mencapai Rp 15.200 per Dolar AS. Namun, pasca kemenangan Donald Trump, indeks Dolar AS meningkat, sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar Rupiah.
“Dengan terpilihnya kembali Presiden Donald Trump, indeks Dolar AS mengalami penguatan, sehingga nilai tukar Rupiah kita kemarin cenderung mengalami tekanan,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa yang digelar di kantor Kementerian Keuangan, Jumat (8/11/2024).
Optimisme Terhadap Stabilitas Ekonomi Indonesia
Meski terjadi tekanan pada nilai tukar Rupiah, Sri Mulyani tetap optimistis bahwa perekonomian Indonesia dapat dikelola dengan baik hingga akhir tahun. Pemerintah akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik dengan cermat guna menjaga stabilitas ekonomi.
“Kami berharap perekonomian tetap terjaga dalam posisi yang positif hingga akhir tahun. Langkah-langkah penyesuaian akan dilakukan sesuai dengan kondisi pasar agar stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga,” pungkasnya.
Penguatan Dolar AS Akibat Kebijakan Trump
Terpilihnya kembali Donald Trump diprediksi membawa perubahan signifikan pada kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Hal ini memicu investor global untuk beralih ke aset berdenominasi Dolar AS, sehingga mendorong penguatan mata uang tersebut dan mempengaruhi pasar keuangan dunia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, akan terus memantau situasi ini dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global.



