Jakarta, Suarabersama.com – Ketegangan di kawasan Timur Tengah yang meningkat pasca serangan balasan Iran ke Pangkalan Militer AS di Al Udeid, Qatar, pada Selasa (24/6) turut berdampak pada keberangkatan jemaah umrah asal Indonesia.
Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH), Muhammad Firman Taufik, mengungkapkan bahwa serangan rudal Iran menyebabkan sejumlah maskapai penerbangan yang melayani rute ke dan dari Timur Tengah membatalkan jadwal penerbangan mereka. Kondisi ini secara langsung memengaruhi beberapa penerbangan jemaah haji dan umrah Indonesia.
Firman menambahkan, pembatalan maupun penjadwalan ulang keberangkatan jemaah Indonesia bisa terjadi sewaktu-waktu mengingat eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel yang berpotensi memperburuk situasi.
“Kondisinya mirip dengan yang pernah dialami pada 2020 saat Saudi Arabia secara mendadak menutup akses akibat pandemi Covid-19,” ujar Firman.
Firman juga menekankan pentingnya edukasi kepada para calon jemaah terkait kemungkinan perubahan jadwal keberangkatan, pembatalan, risiko biaya tambahan, dan berbagai skenario lain yang mungkin terjadi. Proses tersebut harus dilakukan dengan musyawarah dan mufakat antara penyelenggara dan jemaah.
Sebagai langkah antisipasi, HIMPUH mengimbau seluruh anggotanya yang masih berada di Saudi Arabia dan akan kembali ke Indonesia agar terus berkoordinasi dengan pihak maskapai penerbangan. “Maskapai memiliki kewajiban untuk memulangkan penumpang, serta menyediakan akomodasi dan konsumsi jika terjadi penundaan,” jelas Firman.
Bagi anggota HIMPUH yang jemaahnya sedang dalam proses pemulangan dan masih berada di negara transit, diimbau untuk segera menghubungi KBRI atau KJRI setempat. Firman juga mengingatkan agar manifes jemaah dilaporkan secara rinci kepada pemerintah agar data jemaah dapat dipantau dengan baik.
Saat ini, sejumlah jemaah haji anggota HIMPUH masih berada di Saudi Arabia dan dijadwalkan pulang antara tanggal 24 hingga 28 Juni 2025. Beberapa dari mereka akan transit di negara-negara seperti Singapura, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Situasi ini menjadi perhatian serius bagi penyelenggara dan jemaah umrah Indonesia, mengingat ketidakpastian situasi politik dan keamanan di wilayah Timur Tengah yang berpotensi berpengaruh pada kelancaran ibadah mereka.
(HP)



