Jakarta, Suarabersama.com – Perang antara Iran dan Israel kini tidak hanya berlangsung di medan tempur fisik, tetapi juga merambah ke dunia maya. Dalam dua hari terakhir sejak pecahnya konflik terbuka antara kedua negara, tercatat lonjakan serangan siber terhadap Israel mencapai 700 persen, demikian dilaporkan oleh perusahaan keamanan siber global, Radware.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa gelombang serangan siber mulai terjadi segera setelah serangan udara Israel terhadap Iran pada Jumat (14/6/2025) lalu. Serangan digital ini menargetkan berbagai infrastruktur penting Israel, termasuk situs-situs pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, dan jaringan infrastruktur publik lainnya.
Serangan Rudal dan Siber Silih Berganti
Pada Selasa (17/6) dini hari, Iran melalui Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengklaim berhasil menghantam markas pusat badan intelijen Israel, Mossad, di Tel Aviv, dalam serangan rudal yang disebut dilakukan dengan membobol sistem pertahanan canggih Israel.
“Meskipun dilindungi sistem perlindungan udara mutakhir, direktorat intelijen militer Israel (AMAN) dan pusat Mossad di Tel Aviv berhasil dihantam. Api kini berkobar di pusat yang telah dihancurkan tersebut,” ungkap pernyataan resmi IRGC, dikutip dari Tasnim News Agency, (18/6).
Serangan tersebut diyakini sebagai balasan atas aksi siber yang dilakukan kelompok peretas pro-Israel, Predatory Sparrow, yang sebelumnya dilaporkan menyerang Bank Sepah di Iran. Bank tersebut diketahui memiliki keterkaitan dengan pendanaan program rudal dan nuklir IRGC.
“Kami telah menghancurkan seluruh data di bank tersebut karena perannya dalam mendanai program militer dan menghindari sanksi internasional,” klaim kelompok peretas dalam pernyataan mereka.
Serangkaian peristiwa ini menunjukkan bahwa perang modern kini tak lagi hanya soal rudal dan senjata, melainkan juga melibatkan operasi siber yang canggih dan terkoordinasi. Dengan meningkatnya ketegangan dan belum adanya tanda-tanda deeskalasi, komunitas internasional menyerukan agar kedua negara menahan diri dan menghindari perang skala penuh.
(HP)