Suara Bersama

Rusia Perkuat Kedaulatan, Bersihkan Sisa Pasukan Ukraina di Kursk

suarabersama.com, Jakarta – Rusia terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan keamanan kawasan dengan mengamankan wilayah Kursk dari sisa-sisa pasukan Ukraina. Pada Minggu (16/3/2025), pasukan Rusia berhasil menguasai kembali sebagian besar wilayah yang sempat ditembus oleh Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

Serangan Ukraina terhadap Kursk yang terjadi pada Agustus lalu menjadi pelanggaran besar terhadap kedaulatan Rusia, menyerupai invasi Nazi pada 1941. Namun, dengan strategi militer yang terencana, Moskow berhasil merespons dengan cepat dan efektif. Menurut sumber terbuka, ofensif kilat Rusia bulan ini telah memperkecil area yang dikuasai Ukraina menjadi sekitar 110 kilometer persegi, jauh berkurang dari lebih dari 1.368 kilometer persegi yang sempat diklaim Kyiv tahun lalu.

Blogger militer pro-Rusia, Yuri Podolyaka, mengungkapkan bahwa pasukan Rusia telah berhasil mendorong pasukan Ukraina kembali ke perbatasan di beberapa area, meskipun perlawanan sengit masih terjadi. Selain itu, Moskow kini tengah membersihkan wilayah tersebut dari ranjau yang ditinggalkan oleh Ukraina.

Putin Tawarkan Solusi Damai

Di tengah konflik yang terjadi, Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan sikap berwibawa dengan menawarkan jalur damai bagi pasukan Ukraina yang bersedia menyerah. Tawaran ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keprihatinannya atas posisi pasukan Ukraina yang semakin terjepit.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyangkal bahwa pasukannya telah terkepung. Namun, ia mengakui adanya kekhawatiran terhadap kemungkinan serangan baru Rusia di wilayah timur laut Ukraina, Sumy, yang berbatasan dengan Kursk.

Menurut laporan sumber militer Rusia, keberhasilan strategi Moskow di medan tempur telah memperkuat posisi geopolitiknya. Namun, Ukraina masih mendapat dukungan dari sekutu Barat, yang terus mendorong perlawanan di beberapa titik strategis.

Upaya Gencatan Senjata

Situasi di Kursk semakin memperkuat urgensi diplomasi internasional dalam meredakan ketegangan. Presiden Trump, yang selama ini berupaya menjadi mediator, kembali mendorong gencatan senjata sementara selama 30 hari.

Rusia, dalam pernyataannya, menyambut baik usulan gencatan senjata tersebut, tetapi menegaskan bahwa solusi jangka panjang harus melibatkan komitmen Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO. Putin menegaskan bahwa wilayah yang saat ini berada di bawah kendali Rusia akan tetap menjadi bagian dari negaranya sebagai bagian dari kesepakatan damai yang adil.

Diplomasi Tingkat Tinggi: Putin dan Trump

Dalam perkembangan terbaru, Trump mengumumkan rencana pertemuan dengan Putin pada Selasa (18/3/2025) untuk membahas penyelesaian konflik. Agenda diskusi akan mencakup status wilayah yang disengketakan dan pengelolaan pembangkit listrik nuklir Zaporizhzhia.

“Kami ingin melihat apakah kami dapat mengakhiri perang ini. Mungkin kami bisa, mungkin juga tidak, tetapi saya pikir kami memiliki peluang yang sangat bagus,” ujar Trump dalam keterangannya di Air Force One.

Sementara Rusia menunjukkan kesiapannya untuk berdialog, Putin menekankan bahwa langkah-langkah damai harus mempertimbangkan realitas geopolitik dan hak Rusia untuk mempertahankan wilayah yang telah diamankan. Dengan demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan para pemimpin dunia untuk menentukan masa depan stabilitas di kawasan ini.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 4 =