Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 100 ribu warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Kamboja, baik di sektor formal maupun informal.
“Di sana (Kamboja) itu terakhir sekitar 100 ribu orang. Seratus ribu orang itu baik yang bekerja di sektor tertentu maupun yang men-support makanannya, konsumsi hariannya,” kata Menko Muhaimin Iskandar di Jakarta, Senin (27/10), menanggapi banyaknya pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Kamboja dan berusaha kabur dari negara tersebut.
Menurut Muhaimin, cukup banyak warga Indonesia yang menekuni sektor kuliner di negara itu.
“Makanya di sana ada Soto Lamongan, ada rujak cingur, Pecel Madiun. Banyak di sana,” katanya.
Namun, ia menyoroti bahwa hingga kini Kamboja belum memiliki kerja sama resmi dengan Indonesia yang dapat menjamin keselamatan dan hak-hak pekerja migran Indonesia (PMI) di negara tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Muhaimin juga memperingatkan adanya potensi eksploitasi dan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang tinggi terhadap pekerja migran yang berangkat tanpa melalui prosedur resmi.
Pemerintah, kata dia, terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh untuk memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban perdagangan orang di Kamboja.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan tawaran kerja ke Kamboja, mengingat negara tersebut bukan termasuk negara tujuan penempatan resmi pekerja migran Indonesia.
“Kita terus mengkampanyekan dan menyosialisasikan bahwa Kamboja bukan tempat aman untuk pekerja migran kita,” kata Muhaimin Iskandar. (*)



