Suara Bersama

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2025 di Tengah Tekanan Tarif AS

Jakarta, Suarabersama.com – Sejumlah ekonom memprediksi berbagai kemungkinan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025, menyusul dinamika kebijakan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang memicu memanasnya perang dagang global.

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini dapat menembus angka 5,2%. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan berada dalam kisaran 4,7% hingga 5,5% sepanjang tahun 2025.

Menurut para analis ekonomi, salah satu faktor penting yang akan menentukan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan adalah hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan AS yang berlangsung selama 60 hari ke depan.

Kepala Makroekonomi dan Keuangan di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Muhammad Rizal Taufikurahman, mengungkapkan bahwa apabila tarif perdagangan antara kedua negara bisa ditekan hingga 0%, ini akan memberikan dorongan signifikan bagi ekspor Tanah Air. Produk-produk andalan Indonesia seperti tekstil, furnitur, dan komponen elektronik akan memiliki daya saing harga yang jauh lebih kompetitif di pasar Amerika.

Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produksi, ekspansi industri, serta penyerapan tenaga kerja. Namun begitu, Rizal mengingatkan bahwa dampak maksimal hanya dapat dicapai jika kebijakan industri dan infrastruktur mendukung transformasi sektor ekspor, serta mampu menghasilkan devisa dan nilai tambah.

“Secara makro, kondisi ini akan memperkuat neraca perdagangan dan bisa menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi. Dengan asumsi variabel lain stabil seperti konsumsi domestik dan investasi tetap tumbuh, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan berpeluang terdongkrak naik pada tahun ini, di atas angka 5,0%,” ungkap Rizal, Senin (21/4).

Sebaliknya, apabila proses negosiasi tidak membuahkan hasil dan AS memutuskan memberlakukan tarif tinggi hingga total 40% (30% + 10%), maka kinerja ekspor Indonesia akan menghadapi tantangan besar.

Sektor-sektor industri yang sangat tergantung pada pasar AS akan mengalami penurunan permintaan, berakibat pada penurunan produksi, arus kas terganggu, dan kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya.

Rizal menyebut dampak lanjutannya terhadap ekonomi makro bisa signifikan, terutama pada sektor ekspor sebagai komponen utama Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan defisit transaksi berjalan juga berpotensi memburuk.

“Dalam skenario ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan terkoreksi sekitar angka di Bawah 5,0%. Tanpa kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif serta strategi diversifikasi pasar yang agresif, tekanan ini bisa menjadi lebih dalam,” terang Riza

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 5 =