Jakarta, Suarabersama.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung pemenuhan gizi siswa sekolah justru memicu keprihatinan. Sebanyak 332 siswa SMPN 35 Bandung dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG yang dibagikan pada Selasa (29/4/2025).
Kasus ini mencuat setelah ratusan siswa mulai mengeluhkan diare, mual, dan gangguan pencernaan lainnya keesokan harinya, Rabu (30/4). Meski tidak ada yang sampai dirawat secara intensif di rumah sakit, sebagian besar siswa harus menjalani pengobatan secara mandiri.
“Kurang lebih segitu ya, karena kita masih mendata. Kemarin masih 334, ada penambahan saya belum cek lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, Kamis (1/5/2025).
Menu yang dikonsumsi merupakan bagian dari 3.163 porsi makanan yang didistribusikan ke empat sekolah: SMAN 19 Bandung, SMPN 35 Bandung, SDN 024 Coblong, dan SDN 189 Neglasari. Diduga, makanan yang dikonsumsi siswa SMPN 35 menjadi sumber gangguan kesehatan.
Dinas Kesehatan telah mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium. Namun, hasil pemeriksaan diperkirakan baru bisa diketahui dalam 10 hingga 12 hari karena pemeriksaan mencakup unsur bakteri dan kontaminasi lainnya. “Lokasi dapur catering diketahui berada di kawasan Dipatiukur,” kata Anhar.
Kasus ini langsung mendapat sorotan dari DPRD Kota Bandung. Ketua Komisi I DPRD, Radea Respati, meminta agar penyedia jasa makanan dalam program MBG segera dievaluasi secara menyeluruh. Ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pihak ketiga, mengingat program ini menyangkut kesehatan generasi muda.
“Kami ingin memastikan bahwa pasti ada kejanggalan atau kesalahan dari pihak ketiga dalam penyediaan makanan ini. Jangan sampai kejadian serupa terulang lagi,” tegas Radea.
Ia juga mendesak Pemerintah Kota Bandung untuk segera menyalurkan obat-obatan yang dibutuhkan siswa dan memastikan pemulihan berjalan cepat. “Kalau ada kebutuhan dari pihak sekolah, DPRD siap dorong Pemkot untuk bantu penanganannya. Harapannya, Senin nanti siswa sudah bisa kembali pulih,” ujarnya.
Radea menilai insiden ini sebagai pelajaran penting untuk tidak mengabaikan standar kesehatan dan keamanan pangan dalam program sosial. Ia mengimbau masyarakat, terutama orang tua, untuk tetap tenang sembari menunggu hasil investigasi resmi.
(HP)



