Suara Bersama

Prabowo Targetkan Swasembada Energi Nasional dalam Enam Tahun Lewat Hilirisasi dan Pabrik Baterai

Karawang, Suarabersama – Presiden Prabowo Subianto optimistis bahwa Indonesia dapat mencapai kemandirian energi dalam kurun waktu lima hingga enam tahun ke depan. Hal ini ia sampaikan saat meresmikan pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi di Karawang, Jawa Barat.

Menurutnya, kunci dari swasembada energi terletak pada pengembangan energi listrik dari tenaga surya, yang sangat bergantung pada ketersediaan dan efisiensi baterai. “Para ahli menyampaikan bahwa kita memiliki potensi besar untuk swasembada energi. Dan saya yakin, dalam lima atau enam tahun, atau paling lambat tujuh tahun, kita bisa mandiri energi,” ungkap Presiden dalam pidatonya.

Proyek tersebut merupakan kolaborasi dari konsorsium nasional dan internasional yang melibatkan berbagai tokoh penting dari pemerintah dan dunia usaha. Pabrik baterai lithium-ion yang dibangun di Karawang ini memiliki kapasitas awal 6,9 GWh dan akan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada tahun 2028. Dengan kapasitas ini, diperkirakan dapat memasok kebutuhan baterai untuk sekitar 200.000–300.000 kendaraan listrik.

Prabowo menegaskan kembali pentingnya hilirisasi sumber daya alam sebagai fondasi pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menyebut bahwa cita-cita hilirisasi sudah lama digaungkan sejak era Presiden pertama RI, dan terus dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin selanjutnya.

Presiden juga memberikan apresiasi terhadap kerja sama dengan pihak asing, termasuk perusahaan teknologi baterai dari China. Ia menekankan bahwa Indonesia siap bergerak cepat dalam membangun industri energi terbarukan, dan mengingatkan bahwa siapa pun yang tidak mampu beradaptasi dengan kecepatan ini akan tertinggal.

Pembangunan proyek ini sendiri merupakan hasil dari negosiasi panjang sejak 2021. Setelah pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC), proses percepatan baru terealisasi melalui rapat terbatas pada April 2025 yang langsung direspons oleh Presiden dengan perintah eksekusi.

Di sisi lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menjelaskan bahwa proyek ini menyatukan berbagai lini produksi, mulai dari tambang nikel di Halmahera hingga pabrik sel baterai di Karawang. Sebanyak lima proyek dijalankan oleh perusahaan patungan PT Feni Haltim (FHT) dan mitra dari Hong Kong, mencakup pertambangan, smelter pirometalurgi dan hidrometalurgi, hingga fasilitas daur ulang baterai.

Pabrik baterai yang sedang dibangun ini juga akan mendukung kebutuhan energi terbarukan untuk pembangkit tenaga angin dan surya. Total nilai investasi proyek mencapai USD 5,9 miliar atau setara dengan hampir Rp 96 triliun, dan diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja langsung untuk 8.000 orang serta pekerjaan tidak langsung untuk 35.000 lainnya.

Produksi baterai dari pabrik ini juga ditargetkan untuk pasar ekspor sebesar 30 persen. Beberapa negara seperti Jepang, India, dan Amerika Serikat disebut tertarik menjadi pembeli potensial, selain juga pasar regional Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − two =