Suara Bersama

Petani Kopra Wawonii Manfaatkan Teknologi untuk Tingkatkan Pendapatan

Wawonii, Suarabersama – Pulau Wawonii yang terletak di Kabupaten Konawe Kepulauan, Indonesia, dikenal kaya akan sumber daya alam, dengan kopra sebagai salah satu komoditas utama yang mendukung perekonomian masyarakat setempat. Bagi banyak petani, kopra bukan hanya menjadi sumber mata pencaharian, tetapi juga merupakan bagian dari warisan tradisi yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah Iwan, seorang petani kopra yang tinggal di Desa Watuondo, Wawonii Timur, yang telah menekuni profesi ini sejak usia 17 tahun.

“Saya memilih menjadi petani kopra karena di sini tidak ada pilihan pekerjaan lain,” kata Iwan.

Kopra telah menjadi bagian integral dari perekonomian warga Wawonii selama bertahun-tahun. Biasanya, kopra yang diproduksi akan diolah menjadi minyak kelapa atau bahan baku untuk pembuatan oli. Iwan menceritakan bahwa lahan yang ia kelola, yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu diwariskan oleh nenek moyangnya, memiliki lebih dari seratus pohon kelapa yang tersebar di atas lahan seluas lebih dari satu hektare.

“Lahan ini milik mertua saya. Ada lebih dari 100 pohon kelapa di sini. Dengan luas lahan sekitar satu hektare lebih. Dalam sekali panen, kami bisa memanen 3.000-4.000 biji kelapa,” jelas Iwan.

Proses Panjang Produksi Kopra

Iwan juga menjelaskan proses produksi kopra yang dia jalani, dimulai dari menanam pohon kelapa. Pohon kelapa membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun untuk mulai berbuah. Setelah itu, panen kelapa dilakukan secara rutin setiap tiga bulan sekali.

“Hasil panennya bergantung pada jumlah pohon, misalnya 30 pohon bisa menghasilkan sekitar 1.000 biji kelapa. Proses untuk mengubahnya menjadi kopra hanya memakan waktu sekitar satu minggu,” lanjutnya.

Dengan keterampilan memanjat pohon kelapa yang dimilikinya, Iwan mampu memetik kelapa dari 30 pohon hanya dalam waktu dua hari. Setelah dipetik, kelapa dikupas dan dibelah menjadi dua bagian. Selanjutnya, kelapa dikeringkan di atas panggangan hingga benar-benar kering. Proses ini memerlukan perhatian khusus, terutama untuk memastikan kelapa benar-benar kering sebelum daging kelapa diambil dan diproses lebih lanjut.

“Jika kelapa belum cukup kering, kami harus memanggangnya lagi. Setelah dipanggang hingga sempurna, baru daging kelapa dicincang kecil-kecil,” jelas Iwan.

Setelah proses tersebut selesai, para petani kemudian mencari pembeli yang tepat, yang kini menjadi lebih mudah berkat kemajuan teknologi. Keberadaan internet telah membawa perubahan signifikan bagi petani kopra di Wawonii. Dulu, setelah kopra diproduksi, para petani harus menunggu lama untuk mengirim hasil panen mereka menggunakan kapal kayu menuju Kendari. Proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga mereka menerima pembayaran.

“Sekarang, berkat internet, proses penjualan jadi lebih cepat. Setelah kopra jadi, kami langsung menimbang dan menerima pembayaran. Tidak seperti dulu yang memerlukan waktu lama. Kini, kami cukup menghubungi pembeli lewat telepon atau pesan singkat, mereka langsung datang sesuai kesepakatan,” kata Iwan.

Dalam satu kali panen, Iwan dan petani lainnya dapat menghasilkan hingga 500 kilogram kopra yang dihargai sekitar Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per kilogram. Dengan demikian, dalam satu kali panen, petani dapat meraup omzet sekitar Rp 5 juta.

“Setahun, kami bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta, tergantung musim. Jika musim hujan, hasil panen lebih banyak, sementara saat musim kemarau, hasilnya agak berkurang,” tuturnya.

Tantangan dalam Budidaya Kelapa

Meskipun budidaya kelapa dan produksi kopra tidak memerlukan modal besar, namun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para petani. Cuaca ekstrem seperti angin kencang atau petir dapat merusak pohon kelapa dan mengganggu hasil panen.

Sebagai informasi tambahan, Konawe Kepulauan kini merasakan manfaat langsung dari proyek Palapa Ring. Hadirnya koneksi internet di wilayah ini memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat, termasuk para petani kopra. Selain adanya titik interkoneksi jaringan internet di Wawonii, Konawe Kepulauan juga memiliki 119 titik akses internet yang tersebar di berbagai fasilitas umum seperti sekolah, kantor desa, tempat ibadah, hingga objek wisata Pantai Kampa. Tak hanya itu, BAKTI Komdigi juga telah membangun 35 tower BTS yang tersebar di seluruh kabupaten ini.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three + eighteen =