Jakarta, Suarabersama.com – Para ilmuwan terus melakukan penelitian untuk memahami dampak penggunaan rokok elektronik atau vape terhadap kesehatan. Rokok elektronik, yang merupakan salah satu produk tembakau, dapat mengandung nikotin dan berbagai penambah rasa.
Pengguna mengonsumsinya dengan cara menghisap cairan yang dipanaskan menggunakan pemanas elektrik berbasis baterai. Berbeda dengan rokok konvensional yang menghasilkan asap, rokok elektronik menghasilkan uap atau aerosol. Banyak pengguna menganggap rokok elektronik sebagai alternatif yang lebih “sehat” dibandingkan rokok konvensional atau tembakau.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa rokok elektronik tetap berbahaya bagi kesehatan dan dapat memicu kanker. Penelitian terbaru, yang dianggap paling menyeluruh, menunjukkan bahwa gen penekan tumor adalah salah satu yang paling terpengaruh pada pengguna vape serta perokok konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Sekolah Kedokteran Keck di Universitas California Selatan ini membandingkan perubahan epigenetik di seluruh genom antara orang dewasa muda yang menggunakan vape, merokok, atau tidak menggunakan produk nikotin.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang muda yang menggunakan vape mengalami perubahan kimia pada DNA mereka yang mirip dengan perubahan yang ditemukan pada perokok. Perubahan pada DNA ini diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko kanker.
Dalam penelitian ini, tim peneliti mengukur metilasi DNA, yaitu modifikasi kimia pada DNA yang dapat mengaktifkan atau menonaktifkan gen, pada sel-sel oral pengguna vape, perokok, dan bukan perokok. Metilasi DNA penting untuk proses seluler normal, namun jika tidak berfungsi dengan baik, dapat menyebabkan kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Dengan menggunakan teknik sekuensing genetika canggih, tim peneliti menganalisis hampir seluruh genom dari sel-sel peserta studi, berbeda dari studi sebelumnya yang hanya menganalisis dua hingga tiga persen wilayah genetik pada pengguna vape atau perokok.
“Temuan kami menunjukkan bahwa perubahan dalam metilasi DNA yang diamati pada pengguna vape dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit, termasuk kanker,” pernyataan Stella Tommasi, Ph.D., penulis utama studi tersebut.
Ia menyatakan bahwa hasil penelitian ini bisa menjadi bukti kuat bahwa rokok elektronik tidak seaman yang banyak orang kira, meskipun zat karsinogen dalam cairan rokok elektronik lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
(Hni)



