Suara Bersama

Persaingan Mendapatkan Suara Pendukung Anies Pada Pilkada Jakarta

Jakarta, Suarabersama.com –  Persaingan menjelang Pilkada Jakarta, dua dari tiga pasangan calon, Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono, sedang berusaha keras untuk menarik dukungan dari pengikut Anies Baswedan. Perebutan suara ini menjadi sangat penting, mengingat Jakarta merupakan basis utama kekuatan politik Anies sejak Pilkada 2017. Dalam situasi ini, kedua pasangan tidak hanya mengandalkan popularitas mereka, tetapi juga mengadaptasi strategi serta elemen kampanye yang sebelumnya berhasil digunakan oleh Anies.

Sejak Anies Baswedan meraih kemenangan dalam Pilkada Jakarta 2017 bersama Sandiaga Uno, dukungan untuknya di Jakarta semakin menguat, terutama di kalangan kelas menengah dan komunitas Islam konservatif, serta di antara mereka yang kecewa dengan politikus lama.

Meskipun Anies kalah dalam Pilpres 2024 di tingkat nasional, survei dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa ia tetap menjadi tokoh dengan tingkat elektabilitas tertinggi di Jakarta. Survei Indikator Politik dari 18-26 Juni 2024 menunjukkan bahwa elektabilitas Anies mencapai 39,7 persen, diikuti oleh Basuki Tjahaya Purnama dengan 23,8 persen, dan Ridwan Kamil dengan 13,1 persen.

Walaupun kalah dalam Pilpres, Anies masih meraih 45 persen suara di Jakarta, hanya tertinggal sedikit dari Prabowo yang meraih 48 persen. Data ini menegaskan bahwa Anies memiliki dukungan yang signifikan di Jakarta, menjadikannya target utama bagi kedua pasangan calon dalam Pilkada.

Pramono-Rano telah mengambil langkah strategis untuk menarik suara Anies dengan merekrut mantan anggota tim Anies ke dalam tim pemenangan mereka. Beberapa nama yang direkrut, seperti Aldy Perdana, mantan juru bicara Anies-Muhaimin, dan Mandira Bienna Elmir, mantan anggota tim analisis data, menunjukkan niat Pramono-Rano untuk memanfaatkan pengalaman dan jaringan yang dibawa oleh para mantan tim Anies. Koneksi pribadi Aldy dengan Hanindhito Himawan, anak Pramono yang juga Bupati Kediri, semakin memperkuat posisi politik Pramono.

Dengan strategi ini, Pramono-Rano tidak hanya mendapatkan akses ke basis suara Anies di Jakarta, tetapi juga membangun kepercayaan dari pendukung Anies yang merasa bahwa tim mereka melibatkan orang-orang yang berpengalaman dan terpercaya.

Selain merekrut mantan tim Anies, Pramono-Rano juga mengadaptasi elemen-elemen dari kampanye Anies yang sebelumnya berhasil. Salah satu contohnya adalah program “Desak Anies” yang diciptakan untuk mendengarkan aspirasi warga. Program ini diubah menjadi “Nyalain Pram”, dengan format diskusi terbuka untuk memahami kebutuhan masyarakat. Pendekatan partisipatif seperti ini sangat diminati oleh pemilih di Jakarta, sehingga “Nyalain Pram” memiliki potensi besar untuk mendapatkan dukungan positif.

Pasangan Ridwan Kamil-Suswono juga menerapkan pendekatan serupa untuk meraih suara Anies. Mereka meluncurkan program “Bongkar Aspirasi Ridwan Kamil” (BARK), yang meniru format diskusi terbuka yang digunakan Anies. Ini menunjukkan pemahaman Ridwan-Suswono akan pentingnya interaksi langsung dengan pemilih.

Namun, dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi keunggulan signifikan bagi Ridwan-Suswono. PKS, yang merupakan salah satu pendukung utama Anies, kini mengarahkan dukungan organisasi mereka untuk Ridwan-Suswono. PKS memiliki jaringan yang kuat di Jakarta, dengan basis pendukung yang sejalan dengan pendukung Anies, terutama di kalangan umat Islam konservatif dan kelas menengah. Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa 94 persen pemilih PKS mendukung Anies, memberikan Ridwan-Suswono keunggulan dalam merebut suara Anies.

Akhirnya, suara Anies menjadi faktor kunci dalam Pilkada Jakarta. Meski Pramono-Rano dan Ridwan-Suswono memiliki strategi kuat untuk menarik suara Anies, hasil akhir bergantung pada kemampuan mereka meyakinkan pendukung Anies bahwa mereka adalah pilihan terbaik untuk melanjutkan warisan politik Anies di Jakarta.

Pramono-Rano mengandalkan koneksi dan adopsi program Anies, sementara Ridwan-Suswono mendapat dukungan dari PKS. Namun, potensi golput dan perpecahan suara di kalangan pendukung Anies bisa menjadi tantangan bagi kedua pasangan.

Survei dari Political Strategy Group (PSG) menunjukkan tingkat pemilih yang belum memutuskan cukup tinggi di kalangan pendukung Anies, menunjukkan peluang bagi kedua pasangan untuk memengaruhi pemilih ini. Dengan demikian, siapa pun yang berhasil mendapatkan suara Anies memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilkada Jakarta.

Hni

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eleven + fifteen =