Jakarta, Suarabersama – Ketegangan berkepanjangan antara Israel dan Iran akhirnya meledak menjadi perang terbuka. Pada 13 Juni 2025, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran terhadap lebih dari 12 titik strategis di wilayah Iran dalam operasi militer bertajuk Operation Rising Lion. Iran merespons cepat melalui serangan balasan yang dinamai Operation True Promise III.
Pertukaran serangan terus berlangsung hingga 17 Juni, tanpa tanda-tanda meredanya konflik. Kedua negara mengalami korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan meningkatnya ketegangan politik kawasan.
Namun, ketimpangan terlihat jelas dari jumlah korban. Di pihak Iran, korban jiwa dan luka-luka jauh lebih banyak dibandingkan Israel, menimbulkan pertanyaan serius tentang perbedaan efektivitas militer dan perlindungan sipil kedua negara.
Ketidakseimbangan Korban: Mengapa Iran Lebih Menderita?
Korban di Iran: Sekitar 224 orang tewas dan hampir 1.500 terluka, mayoritas warga sipil.
Korban di Israel: Sekitar 18 orang tewas dan hingga 200 terluka.
Pakar dan analis pertahanan menyebutkan setidaknya empat faktor utama yang menyebabkan perbedaan signifikan ini:
1. Superioritas Teknologi Pertahanan Udara Israel
Israel dilengkapi dengan sistem pertahanan udara berlapis, termasuk Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow, yang mampu menangkal rudal jarak pendek hingga jauh. Sistem ini terbukti berhasil mencegat sebagian besar serangan Iran.
Iran, meski memiliki sistem seperti S-300 Rusia dan pertahanan lokal, belum mampu menghadapi serangan bertubi-tubi yang presisi dan kompleks dari Israel.
2. Skala dan Intensitas Serangan yang Jauh Berbeda
Israel melancarkan serangan dalam volume besar dan dengan strategi matang. Lebih dari 200 pesawat tempur dan 330 bom digunakan untuk menghantam 100 target utama di Iran, termasuk fasilitas nuklir, markas militer, dan kediaman tokoh penting.
Iran, meskipun meluncurkan lebih dari 250 rudal dan drone, tidak mencapai dampak serupa karena sebagian besar serangan berhasil dicegat sistem pertahanan Israel.
3. Letak Target dan Kepadatan Penduduk
Banyak sasaran militer di Iran terletak di wilayah padat penduduk seperti Teheran, Isfahan, dan Tabriz. Dampaknya, warga sipil menjadi korban utama. Di sisi lain, Israel menempatkan instalasi militer jauh dari permukiman warga, meminimalkan dampak terhadap populasi sipil.
4. Kesiapan dan Infrastruktur Perlindungan Sipil
Israel memiliki infrastruktur perlindungan sipil yang sangat baik. Sirine peringatan, tempat perlindungan bawah tanah, dan pelatihan rutin bagi warga membuat mereka siap menghadapi serangan.
Sebaliknya, Iran belum memiliki sistem perlindungan sipil yang merata. Kurangnya shelter dan sistem peringatan membuat masyarakat rentan terhadap serangan mendadak.
Kesimpulan
Konflik militer ini memperlihatkan bahwa bukan hanya jumlah senjata atau rudal yang menentukan, tetapi juga kualitas strategi, kesiapan pertahanan, dan perlindungan terhadap warga sipil. Israel menunjukkan dominasi teknologi dan pertahanan yang efektif, sementara Iran masih menghadapi tantangan besar dalam melindungi rakyatnya.
Konflik ini juga memunculkan kekhawatiran global. Jika pihak luar seperti Amerika Serikat ikut campur secara langsung, potensi eskalasi konflik bisa meningkat tajam.