Jakarta, Suarabersama.com – Pemerintah Indonesia mengungkapkan kehati-hatian dalam merespons perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara, termasuk China, Meksiko, Kanada, hingga Brasil. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi, menjelaskan bahwa Indonesia tidak ingin terburu-buru dalam mengambil tindakan.
“Antisipasi situasi kompetisi yang keras seperti ini, kita juga tidak boleh melakukan tindakan yang sifatnya langsung keras juga. Kita lihat dulu, pelajari dulu,” ungkap Edi saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2025).
Edi memberikan contoh langkah yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump, yang awalnya menerapkan tarif tinggi terhadap barang impor dari Kanada dan Meksiko, namun akhirnya kebijakan tersebut direlaksasi. Edi menilai bahwa perang dagang yang digagas Trump sering kali digunakan sebagai alat untuk melakukan lobi dengan negara-negara lain.
Lebih lanjut, Edi mengungkapkan bahwa Indonesia tidak mengalami penerapan tarif khusus dari AS. Oleh karena itu, pemerintah lebih fokus untuk mewaspadai kebijakan yang bersifat nontarif, yang menurutnya lebih sulit untuk dihadapi dibandingkan dengan kebijakan tarif yang dapat dikelola melalui perubahan angka produksi.
Pemerintah Indonesia, lanjut Edi, akan terus memantau situasi ini dan merumuskan langkah yang tepat sesuai dengan perkembangan yang ada.
(HP)



