Jakarta, Suarabersama.com – Duka mendalam menyelimuti hati Subaryono saat menerima kabar kepergian putra tunggalnya, Arya Daru Pangayunan alias ADP, seorang diplomat muda di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang ditemukan meninggal dunia secara tragis.
Jenazah Daru ditemukan dengan kondisi wajah terlilit lakban di sebuah kamar kos di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7). Kejadian ini menjadi pukulan telak bagi Subaryono dan sang istri yang hanya memiliki satu anak.
“Pukulan yang sangat berat bagi keluarga kami, banyak hal yang membuat kami semakin terpuruk, kami hanya berdua dengan istri saya. Daru adalah anak tunggal kami. Anak tunggal kami,” kata Subaryono saat sesi jumpa pers di sebuah kafe di Kota Yogyakarta, Sabtu (24/8) petang.
Ini merupakan kali pertama Subaryono tampil di hadapan publik sejak lebih dari 40 hari kematian putranya. Ia mengungkap bahwa keheningan selama ini disebabkan kondisi psikis keluarga yang terguncang, serta kesehatan sang istri yang belum pulih setelah operasi kanker usus.
Subaryono, pensiunan dosen UGM, menyampaikan bahwa Daru dan istrinya, Meta Ayu Puspitantri alias Pita, telah bersiap untuk penempatan di Kedutaan Besar RI di Helsinki, Finlandia. Segala persiapan telah dilakukan, termasuk menjual mobil dan menyiapkan pendidikan anak-anak mereka di sana. Bahkan paspor untuk orang tua dan mertua pun telah dibuat, demi dapat mengunjungi keluarga mereka di Finlandia.
Penempatan ini menjadi momen yang sangat dinanti keluarga, terutama setelah Daru melewati masa kerja keras dalam tugas-tugas kemanusiaan selama tiga tahun terakhir.
Subaryono juga mengenang bagaimana Daru menggambarkan keindahan alam Finlandia kepada kedua anaknya, termasuk fenomena Aurora yang tidak bisa mereka lihat di Indonesia. Semua impian itu sirna seketika saat kabar duka datang.
Yang membuat hati Subaryono semakin hancur adalah saat harus menjelaskan situasi ini kepada cucunya, yang kecewa karena merasa sang ayah tidak menepati janji.
“Papa PHP,” kata Subaryono menirukan ucapan cucunya.
“Papa tidak meng-PHP kamu, dia (Daru) menceritakan apa yang akan dilakukan di sana. Tapi ini kehendak yang lain, yang kemudian harapan-harapan itu menjadi hilang…” ucapnya.
Meski terpukul, Subaryono berusaha bangkit untuk mencari kebenaran. Ia mengungkap bahwa pihak keluarga belum bisa menerima kesimpulan awal dari pihak kepolisian yang menyebutkan tidak ditemukan unsur pidana atau keterlibatan pihak lain.
Daru tidak pernah mengeluhkan tekanan berat dari pekerjaan atau konflik dengan siapa pun. Ia juga diketahui dalam kondisi hati yang bahagia menjelang hari kematiannya. Karena itu, keluarga merasa tak masuk akal jika Daru mengakhiri hidupnya dengan cara demikian.
Berbekal sejumlah bukti dan petunjuk, baik yang telah maupun belum terungkap ke publik, keluarga meminta aparat hukum agar kembali menyelidiki kasus ini. Bahkan, Subaryono secara terbuka memohon bantuan dari Presiden RI Prabowo Subianto.
“Inilah kami merasakan pada posisi yang sangat lemah dan menghadapi situasi yang sangat sulit… Kami mohon pada pimpinan negara ini, kami mohon kepada yang terhormat Bapak Presiden RI Prabowo Subianto…” harapnya
Ia berharap Prabowo dapat menginstruksikan Kapolri, Panglima TNI, dan Menteri Luar Negeri untuk membantu mengungkapkan kebenaran atas peristiwa ini.
Subaryono merasa makin tidak berdaya menghadapi simpang siur informasi yang beredar di masyarakat.
“Yang saya tahu bahwa Daru di mata kami, sepengetahuan kami dia pribadi yang mandiri, bertanggungjawab…” ungkapnya
Sementara itu, penasihat hukum keluarga, Nicholay Aprilindo, menyampaikan pihaknya mendesak agar dilakukan ulang proses autopsi dan rekonstruksi oleh Mabes Polri, mengingat banyak kejanggalan di TKP dan data yang belum sepenuhnya terungkap.
“Dan khususnya kami akan meminta Mabes Polri untuk mengambil alih kasus ini…”pintanya
Nicholay menegaskan, kejelasan kasus ini penting untuk menjunjung keadilan, hak asasi manusia, dan kemanusiaan bagi Daru serta keluarga.
“Keluarga sampai sekarang masih mempertanyakan statemen atau rilis Polda Metro Jaya…” pungkasnya (*)