Jakarta, Suarabersama.com – Pernyataan mengejutkan datang dari Kementerian Luar Negeri Rusia mengenai tuduhan pembangunan kamp konsentrasi oleh militer Ukraina di Oblast Kursk. Menurut laporan tersebut, warga sipil Rusia dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi yang didirikan oleh pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) setelah melancarkan serangan lintas perbatasan pada 6 Agustus 2024.
Dilaporkan bahwa pasukan Ukraina telah menggiring beberapa warga sipil Rusia di Kursk ke dalam kamp konsentrasi tersebut. Mereka yang tidak mampu atau tidak ingin meninggalkan Kursk dipaksa oleh tentara Ukraina untuk memasuki lokasi yang dianggap menyerupai kamp konsentrasi.
Rodion Miroshnik, pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa kamp konsentrasi tersebut dibangun di beberapa wilayah Kursk. Miroshnik menegaskan bahwa hal ini merupakan salah satu bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Volodymyr Zelensky.
“Di sejumlah wilayah yang dikuasai militan (tentara Ukraina), semacam ‘kamp konsentrasi’ didirikan,” ucap Miroshnik dikutip dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.
“Di mana warga sipil yang tidak ingin atau tidak memiliki kesempatan untuk meninggalkan wilayah yang direbut musuh diusir secara paksa,” lanjutnya. Pernyataan Miroshnik didasarkan pada data saksi yang dikumpulkan oleh markas besar Palang Merah Rusia di Kursk. Lebih lanjut, militer Ukraina diduga menggunakan warga sipil tersebut sebagai alat propaganda.
Sekitar 70 hingga 100 orang warga sipil dikumpulkan secara paksa ke ruang bawah tanah sebuah sekolah asrama di kota Sudzhan, dan menjadi sasaran kekerasan moral serta digunakan untuk keperluan pembuatan film oleh jurnalis Ukraina dan asing. Jurnalis-jurnalis Ukraina dilaporkan masuk ke wilayah tersebut secara ilegal dan merekam momen-momen memilukan.
“Para jurnalis ini tidak hanya melanggar perbatasan Federasi Rusia secara ilegal, mereka melakukannya sebagai bagian dari unit hukuman paramiliter Angkatan Bersenjata Ukraina,” ujar Miroshnik. “Tujuan mereka adalah dengan sengaja memutar balik fakta peristiwa nyata, untuk menciptakan latar belakang media yang mendukung tindakan tersebut,” katanya.
Miroshnik menilai bahwa pendirian kamp konsentrasi oleh militer Ukraina adalah tindakan yang mirip dengan yang dilakukan oleh rezim Nazi Adolf Hitler selama Perang Dunia II. “Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah Kursk dan untuk menyembunyikan informasi tentang kejahatan yang bersifat teroris terhadap warga sipil,” ujar Miroshnik.
Hni



