Jakarta, Suarabersama.com – Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menegaskan masyarakat tidak seharusnya dibiasakan bergantung pada bantuan atau sedekah, tetapi perlu diarahkan untuk mandiri dan produktif. Hal ini disampaikan dalam acara Zikir Nasional dan Ikrar Bela Negara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu malam (10/8/2025).
“Rakyat kita jangan diajari terus-menerus meminta-minta. Kita harus dorong rakyat untuk kreatif dan produktif,” ujar Zulhas. Ia menyebut rakyat Indonesia adalah pejuang dan patriot yang berjuang untuk kemerdekaan. “Walau dalam kesulitan, kita tetap memberi, bukan meminta,” tegasnya.
Zulhas menekankan musuh utama bangsa bukanlah sesama warga negara, melainkan kemiskinan dan kebodohan. Dalam upaya mengatasi itu, Presiden Prabowo Subianto memberikan bantuan pangan dan mendirikan Sekolah Rakyat.
Selain bantuan beras untuk masyarakat miskin, Prabowo juga menggagas program pemberian makanan bergizi bagi anak-anak agar terhindar dari stunting.
“Musuh kita bukan sesama warga, kita adalah bangsa besar, Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Zulhas.
Ia mengungkapkan pemerintah baru saja menyalurkan bantuan beras bagi 18,3 juta warga miskin. Menurutnya, kelompok hampir miskin bahkan lebih besar jumlahnya. Ia menegaskan kembali bahwa musuh utama adalah kemiskinan, bukan perbedaan atau sesama saudara. “Kita punya Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Dalam mengatasi kebodohan, menurut Zulhas, Presiden Prabowo menggagas Sekolah Rakyat untuk mendidik anak-anak kurang gizi atau yang mengalami stunting. Program pemberian makanan bergizi juga ditujukan bagi ibu hamil dan balita agar tumbuh kembang anak tidak terganggu.
Zulhas menjelaskan agenda besar Presiden Prabowo dalam memerangi kemiskinan berfokus pada pertumbuhan ekonomi berbasis desa. Ia menekankan bahwa warga tidak boleh terus menerus bergantung pada bantuan atau mengharapkan santunan.
Salah satu upaya pemberdayaan desa adalah melalui pembentukan Koperasi Desa Merah Putih, yang bertujuan agar kekayaan tidak hanya berputar di lingkaran tertentu, melainkan tersebar merata. Koperasi ini difokuskan pada pemberdayaan masyarakat, bukan bagi-bagi uang.
Zulhas menyinggung kondisi Indonesia di masa lalu yang sejajar dengan negara-negara maju seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura pada era 1980-an. “Kita punya Krakatau Steel, pesawat terbang, satelit, dan pertumbuhan ekonomi 7,5% per tahun,” ungkapnya. Namun dalam 28 tahun reformasi, negara lain berkembang lebih pesat.
Karena itu, katanya, Prabowo meluncurkan kebijakan strategis melalui program Danantara, untuk mengembangkan hilirisasi industri dan transformasi ekonomi nasional, demi mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045. (*)



