Jakarta, Suarabersama.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa penerapan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam penertiban bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dapat membawa dampak finansial yang signifikan bagi negara. Menurut Luhut, penggunaan AI dalam pengelolaan BBM subsidi dapat menghemat anggaran negara hingga mencapai Rp50 triliun.
“Kita bisa menghemat Rp40 triliun, bahkan mungkin sampai Rp50 triliun setahun. Itu kan bisa kita gunakan yang lain,” ujar Luhut ketika ditemui setelah meninjau Gedung Kementerian Koordinator 1 di Ibu Kota Nusantara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Minggu. Pernyataan ini menyoroti potensi penghematan yang besar yang dapat dicapai melalui penerapan teknologi canggih dalam sektor energi.
Luhut memberikan dukungannya yang kuat terhadap penggunaan AI oleh PT Pertamina (Persero) untuk menertibkan penggunaan BBM bersubsidi. Ia percaya bahwa teknologi ini dapat membantu memastikan penyaluran BBM bersubsidi lebih tepat sasaran dan mengurangi kemungkinan penyimpangan. “Yang nggak berhak dapet (BBM subsidi), ya jangan dapet, dong,” kata Luhut. Pernyataan ini menekankan pentingnya memastikan bahwa subsidi BBM hanya diberikan kepada yang benar-benar membutuhkan.
Selain berbicara tentang BBM subsidi, Luhut juga mengapresiasi keberhasilan inovasi lain yang telah diterapkan. Ia menyinggung tentang e-Katalog, sebuah sistem yang telah mengefisienkan belanja pemerintah hingga mencapai Rp3 ribu triliun. Inovasi ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran negara.
Luhut juga membahas keberhasilan Sistem Informasi Mineral dan Batubara (Simbara) yang dikelola oleh Kementerian/Lembaga. Sistem ini telah berperan penting dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor batu bara. Salah satu aspek penting dari peningkatan penerimaan ini adalah penyelesaian piutang melalui implementasi sistem blok otomatis atau automatic blocking system. Sistem ini telah berhasil mendatangkan penerimaan negara sebesar Rp1,1 triliun. “Jadi, sekarang penggunaan teknologi itu benar-benar membuat efisiensi kita tinggi,” kata Luhut. Ini menunjukkan betapa pentingnya teknologi dalam mengoptimalkan penerimaan negara dan efisiensi operasional.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, juga mengungkapkan bahwa perusahaan telah memanfaatkan AI untuk mengelola bisnis dari hulu ke hilir secara terintegrasi. “Kita sudah mulai menggunakan AI untuk mengolah dan analisa data secara lebih cepat sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan akurat,” ujar Nicke. Dengan penggunaan teknologi ini, Pertamina mampu mengelola sekitar 15 juta data transaksi BBM subsidi setiap harinya dengan lebih cepat, akurat, dan efisien.
Senior Vice President Integrated Enterprise Data and Command Center (IEDCC) Pertamina, Ignatius Sigit Pratopo, menjelaskan bahwa penerapan AI exception signal dalam mengolah data transaksi dari digitalisasi SPBU menghasilkan cost avoidance yang signifikan serta mengurangi penyimpangan distribusi BBM subsidi. “Penerapan AI exception signal untuk mengolah data transaksi dari digitalisasi SPBU yang diterapkan oleh Pertamina menghasilkan cost avoidance (penghindaran biaya) Pertamina yang signifikan serta mengurangi penyimpangan distribusi BBM subsidi,” ujar Ignatius.
Dengan berbagai inovasi dan penerapan teknologi ini, baik di tingkat pemerintah maupun perusahaan, diharapkan dapat tercapai efisiensi yang lebih tinggi serta pengelolaan yang lebih baik dalam sektor-sektor penting seperti energi dan mineral.
(XLY)



