Suara Bersama

Lebanon Kecam Serangan Udara Israel yang Tewaskan Warga Sipil

Jakarta – Ketegangan di Lebanon kembali meningkat setelah serangan udara Israel menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya tujuh lainnya di wilayah selatan negara itu pada Kamis malam. Pemerintah Lebanon menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sejak November tahun lalu.

Presiden Lebanon Joseph Aoun mengutuk keras serangan tersebut dan menilai tindakan Israel sebagai upaya sistematis untuk merusak stabilitas nasional.

“Serangan berulang Israel merupakan bagian dari kebijakan sistematis yang bertujuan menghancurkan infrastruktur produktif, menghambat pemulihan ekonomi, dan merusak stabilitas nasional dengan dalih keamanan yang palsu,” kata Aoun dalam pernyataannya yang dikutip AFP, Jumat (17/10/2025).

Aoun menegaskan bahwa sasaran serangan kali ini bukanlah target militer, melainkan fasilitas sipil. Ia menyebut tindakan itu melanggar hukum internasional serta kesepakatan damai yang masih berlaku antara kedua negara.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Lebanon, korban tewas berasal dari kota timur Shmistar, sementara tujuh orang lainnya mengalami luka-luka di tiga wilayah berbeda: satu di Bnaafoul (Distrik Saida) dan enam lainnya di Ansar (wilayah Nabatieh). Serangan udara dilaporkan terjadi hampir bersamaan di beberapa titik, sehingga menimbulkan kepanikan di antara warga setempat.

Sejumlah fasilitas sipil, termasuk gudang dan bangunan perumahan, mengalami kerusakan parah akibat ledakan.

Di sisi lain, militer Israel (IDF) membenarkan telah melakukan operasi udara di wilayah Lebanon selatan. Dalam pernyataan resminya, IDF menyebut serangan tersebut menargetkan “infrastruktur teroris Hizbullah” di kawasan Mazraat Sinai.

“Pasukan Pertahanan Israel telah menyerang infrastruktur milik kelompok teroris Hizbullah di selatan Lebanon,” tulis pernyataan itu.

Israel juga menegaskan bahwa salah satu targetnya adalah fasilitas milik organisasi Green Without Borders, kelompok yang disebut beroperasi di bawah kedok sipil untuk menyembunyikan aktivitas Hizbullah di dekat perbatasan. Organisasi itu telah masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat sejak tahun lalu.

Serangan terbaru ini menandai pelanggaran pertama sejak gencatan senjata November 2024, yang mengakhiri lebih dari setahun ketegangan antara Israel dan Hizbullah. Perang terbuka antara kedua pihak sempat berlangsung selama dua bulan sebelum dimediasi oleh pihak internasional.

Namun, sejak kesepakatan damai itu diberlakukan, Israel beberapa kali melakukan serangan udara sporadis dengan alasan mencegah ancaman lintas batas.
Sementara itu, Hizbullah menuduh Israel berupaya memperluas konflik regional dan memanfaatkan situasi perang di Gaza untuk menekan Lebanon.

Kantor kepresidenan Lebanon menilai bahwa agresi berulang dari Israel semakin memperlambat proses rekonstruksi dan pemulihan ekonomi di negara yang tengah dilanda krisis keuangan berkepanjangan.

“Negara kami sedang berjuang bangkit dari krisis ekonomi yang parah, dan tindakan seperti ini hanya memperdalam penderitaan rakyat Lebanon,” ujar Aoun.

Situasi di perbatasan selatan Lebanon kini kembali tegang. Pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) dilaporkan meningkatkan patroli di sejumlah titik untuk mencegah potensi bentrokan susulan antara Israel dan kelompok Hizbullah.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nine + 3 =