Jakarta, Suarabersama.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 mencapai 4,87% secara tahunan (YoY), ditopang oleh kontribusi ekspor yang meningkat. Produk domestik bruto (PDB) tercatat sebesar Rp15.665,9 triliun atas harga berlaku, atau Rp3.634,5 triliun atas harga konstan.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa ekspor memberikan kontribusi sebesar 22,3% terhadap PDB pada kuartal I/2025, dengan pertumbuhan 6,78% secara tahunan. Sementara itu, kontribusi impor tercatat negatif, yakni -19,74%, meskipun secara nilai tumbuh 3,96% YoY.
Dengan demikian, kontribusi net ekspor yaitu selisih antara ekspor dan impor—menyumbang 0,83% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada periode ini. Angka ini jauh meningkat dibandingkan kuartal I/2024, yang hanya sebesar 0,06%, mencerminkan kenaikan sebesar 0,77 poin persentase secara tahunan.
Namun, ancaman tarif resiprokal dari Amerika Serikat di bawah kebijakan Presiden Donald Trump membayangi prospek perdagangan Indonesia. Meski kebijakan tarif sebesar 32% belum resmi diberlakukan dan masih ditunda selama 90 hari sejak pengumuman awal April 2025, para analis mengingatkan bahwa dampaknya bisa sangat signifikan terhadap ekspor dan stabilitas ekonomi nasional ke depan.
Dalam laporan terbarunya, Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap tekanan eksternal. Hal ini tercermin dari rendahnya peringkat Economic Complexity Index (ECI) Indonesia yang hanya berada di posisi 70, jauh tertinggal dari Vietnam yang kini menduduki peringkat 53 setelah naik pesat dalam dua dekade terakhir.
Core juga mencatat bahwa struktur ekspor Indonesia masih didominasi komoditas primer, sedangkan Vietnam telah beralih ke produk-produk bernilai tambah tinggi seperti elektronik.
Dengan situasi global yang penuh ketidakpastian, pemerintah dan pelaku usaha diimbau memperkuat diversifikasi ekspor dan mempercepat hilirisasi industri untuk menjaga daya saing jangka panjang.
(HP)



