Suara Bersama

Kelompok separatis OPM kembali bantai perempuan asli Papua di Yahukimo

suarabersama.com-Kelompok separatis OPM kembali bantai seorang perempuan asli Papua.  Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi terhadap pemilik warung di sekitar lokasi tambang emas, Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, pada Sabtu (18/10/2025).

Kelompok separatis bersenjata yang menyebut dirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengakui telah melakukan eksekusi mati terhadap seorang perempuan asli Papua yang dituding sebagai agen intelijen militer Indonesia di wilayah tambang emas Yahukimo.  Hal itu disampaikan juru bicara OPM, Sebby Sambom, melalui siaran pers yang dirilis pada Minggu (19/10/2025).

Sebby menyatakan, eksekusi terhadap seorang perempuan asli Papua tersebut diketahui berdasarkan laporan dari pimpinan Operasi Kodap XVI Yahukimo, Kopitua Heluka dan Beres Murip.  Dalam laporannya Kodap XVI Yahukimo mengaku melakukan eksekusi setelah adanya interogasi dan menyita sejumlah barang seperti dua unit drone, tiga kamera CCTV, satu HT dan satu telepon satelit.  Mereka menuduh korban bekerja sama dengan aparat militer Indonesia dan terlibat dalam pengawasan aktivitas tambang emas ilegal di wilayah tersebut.

Sebby, “Semua bukti yang ditemukan sebagai dasar untuk melakukan eksekusi dan siap bertanggung jawab penuh hal itu,” ucapnya dalam siaran pers.

Sebelumnya dilaporkan terjadi pembantaian seorang wanita bernama Anhy Armyanti (40 tahun), pemilik warung di Jl. Sosial, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Sabtu (18/10/2025) sekitar pukul 19.55 WIT malam.   Korban yang merupakan warga sipil pemilik warung ini mengalami pembantaian serius sehingga meninggal dunia.

Pembantaian ini menambah panjang sejarah pembunuhan terhadap warga sipil khususnya terhadap perempuan tak berdaya asli Papua yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata yang menyebut dirinya OPM.  Alih-alih untuk perjuangan kemerdekaan rakyat Papua, namun nyatanya berbanding terbalik meresahkan masyarakat dengan melakukan berbagai teror, pembunuhan serta penganiayaan tanpa peduli, baik terhadap warga pendatang maupun asli Papua, baik laki-laki maupun perempuan.

Dengan semakin nyatanya aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata OPM terhadap masyarakat khususnya perempuan asli Papua, hal ini dapat menyadarkan rakyat Papua lainnya bahwa yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata OPM tersebut bukan semata-mata perjuangan, melainkan untuk kepentingan kelompoknya tanpa mempedulikan kedamaian yang selama ini diharapkan seluruh masyarakat di wilayah Papua. (” “)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 2 =