Jakarta, Suarabersama.com – Kebijakan tarif impor resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Tiongkok dan Vietnam, dinilai justru membuka peluang besar bagi Jakarta untuk meningkatkan ekspor, khususnya pada sektor alas kaki.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (8/5). Ia menjelaskan bahwa meskipun Indonesia juga terdampak tarif impor dari AS, besaran tarif yang dikenakan terhadap produk asal Indonesia masih tergolong lebih rendah dibanding negara kompetitor utama seperti Tiongkok dan Vietnam.
“Komoditas utama yang kita ekspor ke AS adalah alas kaki. Selama ini, Amerika mengimpor alas kaki paling banyak dari Tiongkok dan Vietnam,” ujar Arlyana. Berdasarkan data Bank Indonesia, pangsa impor alas kaki ke AS berasal 30 persen dari Tiongkok, 20 persen dari Vietnam, dan hanya 4 persen dari Indonesia.
Namun dengan tarif baru yang diberlakukan, situasinya berbalik. Produk alas kaki dari Tiongkok kini dikenakan tarif 145 persen, Vietnam 46 persen, sementara Indonesia hanya 32 persen, sebelum hasil negosiasi 90 hari yang sedang berjalan.
“Ini menjadi momentum bagi Jakarta untuk mengambil ceruk pasar yang ditinggalkan oleh Vietnam dan Tiongkok akibat tarif tinggi. Selama ini, AS sudah menjadi salah satu pasar utama alas kaki dari Jakarta,” lanjut Arlyana.
Data ekspor menunjukkan bahwa AS sempat berada di posisi keempat sebagai negara tujuan ekspor alas kaki Jakarta pada 2021, turun ke posisi kelima di 2022, ketujuh di 2023, dan kembali naik signifikan ke posisi kedua pada 2024.
Arlyana menekankan pentingnya kesiapan pelaku industri di Jakarta dalam menyambut peluang ini, antara lain dengan meningkatkan efisiensi produksi, daya saing tenaga kerja, serta optimalisasi investasi.
“Peluang ini harus dijawab dengan kesiapan sektor industri alas kaki Jakarta, baik dari sisi produktivitas maupun efisiensi biaya,” pungkasnya.
(HP)



