Suara Bersama

Israel, Iran, dan AS Klaim Menang Usai 12 Hari Konflik

Jakarta, Suarabersama.com – Gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat pada awal pekan ini mengakhiri konflik bersenjata selama 12 hari antara Israel dan Iran. Meski pertempuran telah berhenti, masing-masing pihak mendeklarasikan kemenangan versi mereka sendiri, mencerminkan perbedaan tajam dalam narasi dan kepentingan geopolitik.

Netanyahu: Kemenangan Bersejarah Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya meraih kemenangan “bersejarah” yang akan dikenang lintas generasi. Dalam pesan videonya yang dirilis Selasa (24/6), Netanyahu menyebut dua ancaman eksistensial telah dieliminasi: program nuklir Iran dan pengembangan 20.000 rudal balistik oleh Teheran.

Ia mengklaim keberhasilan ini tidak lepas dari serangan militer Israel serta koordinasi erat dengan Amerika Serikat, khususnya dalam menyerang fasilitas nuklir Fordow di Iran. Netanyahu juga memuji Presiden AS Donald Trump sebagai “teman terbesar Israel” dan menyebut serangan sebelum gencatan senjata sebagai “pukulan paling parah dalam sejarah Iran.”

“Jika Iran mencoba membangun kembali kemampuan nuklirnya, kami akan bertindak dengan kekuatan yang sama,” ujar Netanyahu, menegaskan komitmen Israel untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

Iran: Kemenangan Rakyat Melalui Ketahanan

Di sisi lain, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menggambarkan akhir konflik sebagai kemenangan heroik rakyat Iran. Ia menyebut perlawanan nasional sebagai kunci keberhasilan Iran dalam menghadapi agresi Israel dan sekutunya, seraya menuduh pihak lawan memulai perang dengan dalih yang lemah.

Pezeshkian menegaskan bahwa Iran tetap teguh dalam meja diplomasi dan tidak goyah oleh tekanan eksternal. Ia berjanji akan fokus pada rekonstruksi dan pemulihan, sembari mengajak negara-negara tetangga untuk mengedepankan stabilitas dan menolak upaya adu domba oleh kekuatan asing.

Trump: Pencapaian Strategis AS

Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump — yang berperan aktif dalam mendukung Israel dan memediasi gencatan senjata — menyebut hasil ini sebagai “pencapaian besar” bagi Amerika Serikat. Ia mengklaim bahwa aksi militer AS berhasil mencegah konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan menunjukkan keunggulan strategis Amerika tanpa harus kehilangan satu pun personel militer.

Trump mengakui bahwa Iran memerlukan jalur keluar yang “terhormat” untuk meredakan ketegangan di dalam negeri, sehingga AS memilih untuk tidak membalas serangan terhadap pangkalan militernya di Qatar — yang diduga dilakukan setelah adanya peringatan dari Iran.

Meski masing-masing pihak mengklaim kemenangan, laporan intelijen dari sejumlah negara menunjukkan fakta di lapangan yang lebih kompleks. Gencatan senjata masih bersifat rapuh, dengan laporan pelanggaran terus terjadi.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 3 =