Suara Bersama

Israel dan Hamas Capai Kesepakatan Gencatan Senjata, Sandera Segera Dibebaskan

Jakarta – Pemerintah Israel secara resmi menyetujui gencatan senjata dengan kelompok Hamas pada Jumat (10/10/2025), membuka jalan bagi dihentikannya pertempuran di Gaza dalam waktu 24 jam. Berdasarkan perjanjian tersebut, pembebasan sandera asal Israel dijadwalkan akan berlangsung dalam waktu maksimal 72 jam setelah gencatan berlaku.

Langkah ini diambil usai Kabinet Israel menyepakati rencana yang dirancang oleh para mediator internasional, sebagai bagian dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri konflik bersenjata dua tahun di Gaza.

“Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja pembebasan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” tulis Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melalui akun X resminya.

Perang yang berkepanjangan ini telah semakin memperburuk posisi diplomatik Israel di mata internasional dan menggoyahkan kestabilan kawasan Timur Tengah. Konflik tersebut melibatkan sejumlah negara seperti Iran, Lebanon, dan Yaman. Ketegangan juga sempat meregangkan hubungan antara Amerika Serikat dan Israel, hingga akhirnya Trump mendesak Netanyahu untuk segera mencapai kata sepakat.

Kesepakatan ini disambut gembira oleh warga Palestina dan Israel, dan dianggap sebagai titik terang paling signifikan dalam upaya mengakhiri perang yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina serta menyandera puluhan orang sejak pecahnya konflik pada Oktober 2023.

Khalil Al-Hayya, tokoh senior Hamas di pengasingan, mengonfirmasi bahwa pihaknya menerima jaminan dari Amerika Serikat serta mediator internasional bahwa perang benar-benar akan berakhir.

Juru bicara Pemerintah Israel menyampaikan bahwa gencatan senjata akan efektif dalam 24 jam. Proses pembebasan sandera dijadwalkan dimulai 72 jam setelahnya. Dari 48 sandera yang teridentifikasi, 20 diyakini masih hidup, 26 lainnya dilaporkan telah tewas, sementara dua orang belum diketahui nasibnya.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel akan mulai menarik sebagian pasukannya dari Jalur Gaza, sedangkan Hamas akan menyerahkan seluruh sandera yang tersisa dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

Selain itu, bantuan kemanusiaan berupa makanan dan obat-obatan akan diperbolehkan masuk ke Gaza guna membantu ratusan ribu warga yang kini tinggal di tenda-tenda setelah kehilangan tempat tinggal akibat konflik.

Namun, belum semua berjalan mulus. Sumber Palestina menyatakan bahwa daftar tahanan yang akan dibebaskan belum difinalisasi. Mereka juga menuntut agar sejumlah tokoh politik Palestina yang saat ini ditahan Israel termasuk dalam daftar pembebasan.

Di sisi lain, Perdana Menteri Netanyahu mendapat tekanan dari anggota koalisinya sendiri. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengancam akan menarik dukungan terhadap pemerintahan jika Hamas tidak dibubarkan, sementara Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menegaskan bahwa Hamas harus dilenyapkan setelah semua sandera kembali.

Meski demikian, di kedua belah pihak, kabar tentang gencatan senjata disambut haru.
“Alhamdulillah, syukur kepada Allah atas berakhirnya pertumpahan darah,” ujar Abdul Majeed Abd Rabbo, warga Gaza.

Sementara itu, di Tel Aviv, keluarga para sandera berkumpul di Lapangan Sandera, menandai awal harapan untuk reuni bersama orang-orang tercinta.

Tanda-tanda penarikan pasukan mulai terlihat di Gaza. Saksi mata di kamp Nusseirat melihat tentara Israel menghancurkan pos yang mereka tinggalkan dan menurunkan peralatan pemantau, sementara di koridor Netzarim, pasukan menggunakan granat asap sebagai perlindungan saat mundur.

Presiden Donald Trump dijadwalkan mengunjungi kawasan tersebut pada Minggu (12/10/2025) untuk menghadiri upacara penandatanganan gencatan senjata yang akan digelar di Mesir. Ketua Parlemen Israel, Amir Ohana, bahkan mengundangnya untuk berpidato di Knesset, menjadi Presiden AS pertama yang berbicara di parlemen Israel sejak 2008.

Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “langkah pertama menuju perdamaian abadi di Timur Tengah”, dan mendapat dukungan luas dari negara-negara Arab dan Barat. Keberhasilan ini juga dipandang sebagai pencapaian diplomatik penting bagi Trump.

Negara-negara Arab bersama negara Barat mulai menyiapkan pasukan penjaga perdamaian internasional serta paket bantuan rekonstruksi untuk Gaza, guna membangun kembali kawasan setelah gencatan senjata benar-benar ditegakkan.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 67.000 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel yang dipicu oleh serangan militan Hamas ke wilayah Israel dan penculikan 251 orang. Konflik dua tahun ini kini mendekati akhirnya lewat sebuah kesepakatan bersejarah. (*)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 + six =