Jakarta, Suarabersama – Pemerintah Indonesia tengah menjajaki kesepakatan dagang baru dengan Amerika Serikat, menyusul kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi oleh Wamenkeu Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu.
Airlangga menyebut Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang menjalin pembicaraan dengan otoritas AS, termasuk Kementerian Perdagangan dan Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR). Berikut poin-poin utama hasil negosiasi:
-
Peningkatan Impor dari AS: Indonesia siap meningkatkan impor LPG, minyak mentah, gandum, kedelai, dan produk pertanian lain dari AS.
-
Kemudahan Izin & Insentif: Pemerintah membuka kemudahan izin usaha dan potensi insentif bagi perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia.
-
Kerja Sama Mineral Strategis: Indonesia menawarkan kerja sama eksplorasi dan pengolahan mineral penting dan kritis bagi keamanan dan industri strategis.
-
Penyederhanaan Impor & Investasi: Prosedur impor produk AS, termasuk hortikultura, akan dipermudah. Investasi didorong berbasis B2B (business-to-business).
-
Peningkatan SDM & Ekonomi Digital: Fokus kerja sama juga mencakup pendidikan, teknologi, STEM, dan penguatan sektor digital.
-
Sektor Keuangan & Tarif Seimbang: Indonesia mendorong layanan keuangan yang saling menguntungkan dan meminta tarif adil untuk 20 komoditas unggulan RI.
-
Regulasi TKDN & Deregulasi Dagang: Pemerintah akan merevisi aturan TKDN, khususnya pada sektor non-ICT, dan menyiapkan satgas deregulasi perdagangan lintas negara.
-
Negosiasi Rampung dalam 60 Hari: Kedua negara sepakat menuntaskan kerangka kerja sama dalam dua bulan ke depan, termasuk agenda penguatan rantai pasok dan perdagangan strategis.
Airlangga menekankan bahwa Indonesia ingin posisi perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan dan sejajar, baik dengan AS maupun mitra dagang global lainnya.