Suara Bersama

Indonesia Jadi Negara Maju Tinggal Tunggu Waktu

Jakarta, Suarabersama.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan optimistis bahwa Indonesia akan segera mencapai status sebagai negara kelas menengah atas dalam waktu dekat. Keyakinan ini didukung oleh validasi dari sejumlah negara sahabat, yang menyatakan bahwa Indonesia menuju status negara maju hanya tinggal menunggu waktu.

“Saya sangat berharap, semua negara yang saya kunjungi, baik negara-negara sahabat di Barat maupun Timur, mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara maju itu hanya soal waktu,” ujar Mendag saat bersilaturahmi dengan Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (24/9/2024).

Mendag juga menekankan bahwa Indonesia telah mempersiapkan diri untuk masuk ke kelompok negara menengah atas lebih awal dibandingkan dengan China. Ia mengingatkan bahwa pada tahun 1984, Indonesia sudah memiliki kemajuan yang signifikan dalam berbagai bidang, seperti Palapa, Batan, IPTN, dan PAL, serta kemampuan membuat senjata dan mengembangkan nuklir.

“Kita juga punya Pindad di Bandung, yang sudah bisa membuat senjata. Pada waktu itu, kita bahkan sudah bisa mengembangkan nuklir. Negara kita sudah maju, tapi negara lain bergerak lebih cepat,” tambah Mendag.

Menurutnya, kolaborasi menjadi kunci utama untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Hal ini terlihat dari kerja sama antara tiga pemimpin tertinggi Indonesia yang saling mendukung, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan presiden terpilih, Prabowo Subianto.

“Oleh karena itu, persatuan sangat penting menurut saya. Seperti kemarin, Pak SBY bersilaturahmi dengan Pak Prabowo, kan indah sekali? Pak SBY bertemu Pak Jokowi, itu juga sangat baik. Karena kita ini sebenarnya satu tim,” pungkas Zulkifli Hasan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengungkapkan kondisi Indonesia yang telah melakukan ekspor bahan mentah selama lebih dari 400 tahun. Namun, pada akhirnya saat ini bisa melakukan hilirisasi. Jokowi mengatakan bahwa ekspor bahan mentah RI didominasi oleh rempah-rempah pada masa Hindia Belanda dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

“Kita ini sudah ekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu sejak zaman VOC. Kita ekspor bahan mentah kita yang dulu banyak adalah rempah-rempah,” kata Jokowi dalam peresmian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa.

Dia juga menekankan bahwa negara-negara yang mengimpor bahan mentah Indonesia telah berkembang menjadi negara maju, sementara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam masih sulit berkembang menjadi negara maju.

“Dan negara yang impor bahan mentah kita semuanya jadi negara maju. Kita yang memilki sumber daya alam, ekspor hanya bahan mentah, tidak bisa berkembang jadi negara maju,” ucap dia.

Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, Indonesia mampu mengubah kondisinya dengan menghentikan ekspor nikel mentah pada 2020 dan akan dilanjutkan dengan tembaga hingga bauksit. Mendukung kedua komoditas ini, Jokowi meresmikan smelter pengolahan tembaga dan bauksit, serta terbaru adalah SGAR milik PT Borneo Alumina Indonesia, bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID.

“Negara-negara maju betul-betul sudah kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah kita sehingga saat kita ingin hilirisasi pasti diganggu, pasti mereka tidak rela, pasti mereka tidak mau,” tegasnya Jokowi.

 

(XLY)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 + 12 =