Jakarta, Suarabersama – Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Lingkungan Hidup, Hashim Djojohadikusumo, membuka alasan di balik keputusan pemerintah Presiden Prabowo Subianto untuk melaksanakan proyek lumbung pangan atau food estate. Proyek ini mendapat banyak kritik karena dianggap merusak lingkungan dengan cara membabat hutan.
Hashim, yang juga merupakan Ketua Delegasi Indonesia pada COP 29 di Azerbaijan, mengakui bahwa proyek food estate, terutama yang berada di Merauke, Papua Selatan, mendapat sorotan keras di ajang internasional tersebut.
“Saya harus mengakui bahwa di Baku, beberapa kritik dilontarkan, terutama mengenai program food estate kita, yang banyak diperbincangkan, khususnya yang ada di Merauke, Papua Selatan,” ujar Hashim saat memberikan sosialisasi hasil COP 29 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024).
Menurutnya, food estate adalah langkah utama yang diambil pemerintah untuk mencapai swasembada pangan. Ia menjelaskan bahwa Prabowo sudah memiliki visi untuk swasembada pangan sejak dua dekade lalu, dan food estate dianggap sebagai salah satu cara untuk mewujudkannya.
Selama ini, Indonesia sangat bergantung pada impor pangan dari luar negeri, yang membuat ketahanan pangan menjadi rentan, terutama di tengah gejolak geopolitik global. “Kita sangat tergantung pada impor pangan, seperti beras dan gula. Kita mengimpor banyak bahan pangan lainnya, dan hal ini membuat kita sangat sensitif terhadap perubahan situasi geopolitik global,” kata Hashim.
Namun, di tengah kritik tersebut, Hashim menegaskan bahwa pemerintah akan menjaga keseimbangan antara kebutuhan pangan dan kelestarian lingkungan. Menurutnya, Prabowo juga telah menyetujui program reboisasi yang bertujuan untuk menghijaukan kembali hutan-hutan di Indonesia seluas 12 juta hektare.
“Program reboisasi ini akan diawasi oleh Menteri Kehutanan, dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian kita dan memenuhi kewajiban Indonesia di tingkat dunia. Dengan 12 juta hektare lahan, kita bisa melakukan itu,” jelas Hashim.
Lebih lanjut, Hashim menjelaskan bahwa program reboisasi akan dilaksanakan dengan sistem tumpang sari, di mana berbagai jenis tanaman akan ditanam di area hutan, termasuk pohon-pohon, tanaman pangan, dan tanaman untuk energi.
“Reboisasi yang kami rencanakan ini akan menggunakan metode tumpang sari, di mana kami akan menanam berbagai jenis tanaman, baik itu pohon, tanaman pangan, maupun tanaman untuk energi,” tutup Hashim.



