Jakarta, Suarabersam.com – Seorang tokoh senior dari kelompok Hamas pada Sabtu (26/7) mengungkapkan bahwa pernyataan terkini dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dinilai “tidak konsisten” dengan jalannya proses perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel terkait kesepakatan gencatan senjata di Gaza serta pembebasan sandera.
“Kami terkejut dengan pernyataan yang disampaikan Presiden Trump, yang bertentangan dengan penilaian mediator terhadap sikap gerakan ini serta tidak konsisten dengan proses negosiasi,” ujar Izzat al-Rishq, salah satu pejabat tinggi Hamas, dalam pernyataan resmi kepada media.
Al-Rishq menyebutkan pembicaraan yang berlangsung di Doha, ibu kota Qatar, telah memperlihatkan adanya “kemajuan nyata” dalam beberapa hari terakhir. Ia menambahkan bahwa pihak Qatar dan Mesir, yang berperan sebagai penengah dalam proses tersebut, telah menyampaikan penghargaan atas “sikap serius dan konstruktif” Hamas dalam perundingan yang sedang berjalan.
Namun demikian, Al-Rishq mengkritik pendekatan pemerintah AS yang menurutnya mengabaikan faktor penghambat utama dalam proses ini, yaitu pihak pemerintah Israel. Tokoh Hamas tersebut menegaskan kembali bahwa kelompoknya saat ini sedang berupaya mencapai suatu kesepakatan menyeluruh yang bertujuan mengakhiri konflik serta menangani krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah Gaza.
“Kami menyerukan kepada pemerintah AS untuk berhenti membebaskan pendudukan (Israel) dan memberinya dalih untuk melanjutkan perang pemusnahan dan kelaparan terhadap lebih dari 2 juta orang di Jalur Gaza,” ujarnya.
Israel dan Hamas telah menjalani perundingan tidak langsung di Doha selama beberapa pekan terakhir, namun belum ada kemajuan signifikan yang diumumkan secara resmi. Pada Kamis (24/7), Israel menarik kembali delegasi negosiasinya dari Doha untuk melakukan konsultasi internal usai menerima tanggapan Hamas terhadap usulan gencatan senjata terbaru dari pihak mediator.
Pada keesokan harinya, Jumat (25/7), Trump memberikan pernyataan di hadapan publik yang menyalahkan Hamas atas mandeknya proses negosiasi.
“Hamas sebenarnya tidak ingin mencapai kesepakatan. Saya kira mereka ingin mati,” kata Trump kepada para wartawan.



