Jakarta, Suarabersama.com – Pemerintah Provinsi Jawa Barat membeberkan alasan kemacetan parah yang melanda kawasan Puncak Bogor pada Minggu (15/9/2024) hingga Senin (16/9/2024). Menurut Sekda Jawa Barat, Herman Suryatman, macet terjadi akibat jumlah kendaraan yang jauh melampaui kapasitas jalan, ditambah pengaturan lalu lintas yang belum efektif.
Walaupun pengaturan lalu lintas dilakukan, seperti sistem buka-tutup, kondisi jalan tetap macet karena volume kendaraan yang terlalu padat. Herman juga menambahkan bahwa banyaknya akses jalan alternatif, yang sering digunakan oleh pengendara motor, justru mempersulit pengelolaan lalu lintas. Di sisi lain, tanggung jawab utama terkait transportasi di Puncak berada pada BPTJ, sedangkan Pemprov Jabar hanya memberikan dukungan.
Kepala Dinas Perhubungan Jabar, Koswara, menjelaskan bahwa pengaturan lalu lintas di Puncak selama ini mengandalkan sistem buka-tutup yang sudah berlangsung hampir empat dekade. Ia berpendapat, salah satu solusi adalah penambahan akses jalan, karena tanpa itu, pengaturan yang dilakukan aparat tidak akan efektif mengatasi kepadatan lalu lintas.
Pemerintah pusat dan BPTJ saat ini berencana membangun tol Puncak yang menghubungkan Bogor, Cianjur, dan Sukabumi (Bocimi) serta menyediakan transportasi umum dan angkutan wisata untuk kawasan tersebut. Meski demikian, rencana ini sempat tertunda karena mendapat penolakan dari masyarakat setempat, namun dengan kondisi macet seperti ini, harapannya program tersebut dapat diterima oleh masyarakat.
Kemacetan yang terjadi di Puncak ini bahkan mengakibatkan satu wisatawan asal Bambu Apus, Jakarta Timur berinisial NM (56) meninggal dunia, diduga akibat kelelahan. Berdasarkan catatan Satlantas Polres Bogor, ada sekitar 140 ribu kendaraan yang melintas di jalur Puncak dalam 24 jam selama akhir pekan tersebut.
(HP)



