Suara Bersama

Dorong Investasi dan Ekonomi Hijau, Luhut Paparkan Keunggulan Danantara di China

Jakarta, Suarabersama.com – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan memanfaatkan kunjungan kerja ke Tiongkok untuk memperkenalkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara, sebagai bagian dari strategi Indonesia dalam menarik investasi global dan memperkuat kerja sama ekonomi bilateral.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Luhut memaparkan bahwa Danantara merupakan konsolidasi dari berbagai aset BUMN Indonesia dengan prinsip transparansi dan profesionalisme tinggi. “Saya sampaikan bahwa Danantara ini konsolidasi dari semua aset BUMN kita. Jadi kita buat lebih transparan, lebih profesional,” ujarnya di Beijing, Kamis (22/5).

Luhut menyebut nilai aset yang akan dikelola Danantara mencapai 900 miliar hingga hampir 1 triliun dolar AS, menjadikannya salah satu entitas pengelola kekayaan terbesar di kawasan. Danantara resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025 dengan pendanaan awal sebesar 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp326 triliun.

Luhut juga mengusulkan pembentukan Joint Sovereign Wealth Fund antara Danantara dan mitra China. “Saya sampaikan ke Menlu Wang Yi, ‘Kenapa tidak kita buat Joint Sovereign Wealth Fund’, misalnya Danantara mengalokasikan satu miliar dolar AS dan pihak China satu miliar dolar AS, atau jumlah yang lain, dan sepertinya akan berjalan,” ucapnya optimis.

Delegasi DEN turut mengadakan pertemuan strategis dengan sejumlah lembaga besar China seperti Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), China Investment Corporation (CIC), ICBC, SDIC, dan Bank of China. Turut serta dalam rombongan antara lain Mari Elka Pangestu, Firman Hidayat, Thomas Djiwandono, Todotua Pasaribu, dan Pandu Sjahrir.

Selain mempromosikan Danantara, agenda lain dalam kunjungan ini mencakup kerja sama di bidang ekonomi hijau dan penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) serta Carbon Capture Utilisation and Storage (CCUS). Luhut mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon bawah tanah hingga 600 gigaton, yang bisa dimanfaatkan bersama mitra global untuk mencapai target emisi karbon 2050.

“Yang penting sekarang implementasi. Dan saya pikir Presiden Prabowo orangnya jelas, tinggal pembantunya harus cepat lakukan eksekusi,” tambah Luhut, menyoroti pentingnya kecepatan dalam pelaksanaan proyek-proyek strategis.

Kunjungan ini memperkuat sinyal bahwa Indonesia bertekad menjadi pemain utama dalam peta investasi global melalui strategi modernisasi pengelolaan aset negara dan kolaborasi internasional.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 4 =