Jakarta, Suarabersama – Pelaku usaha asal Amerika Serikat mulai menghentikan pesanan produk garmen dari Bangladesh setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor baru pada 9 April 2025. Bangladesh, yang merupakan produsen garmen terbesar kedua dunia, kini harus menghadapi tarif baru Trump sebesar 37% untuk produk garmen dan 16% untuk produk kapas.
Tarif ini sangat berdampak pada industri yang baru saja pulih setelah krisis politik setahun lalu. Pemerintah Bangladesh telah mengajukan permohonan penundaan pungutan tarif selama tiga bulan untuk memberikan waktu bagi pemerintah sementara mereka mengimplementasikan inisiatif perdagangan baru.
Para produsen garmen, seperti Mohammad Mushfiqur Rahman, juga merasakan dampaknya secara langsung, dengan beberapa pembeli AS yang sudah lama berlangganan produk mereka, kini menghentikan pesanan.