Suarabersama,com – Pada Senin (27/1/2025), Nvidia, produsen chip asal Amerika Serikat, mengalami penurunan kapitalisasi pasar terbesar dalam sejarahnya. Nilai pasar perusahaan menyusut hampir 600 miliar dolar AS, dari 3,49 triliun dolar AS menjadi 2,9 triliun dolar AS hanya dalam satu hari. Saham Nvidia pun turun tajam sebesar 17 persen, dengan harga penutupan sebesar 118,58 dolar AS, angka terendah sejak Maret 2020.
Faktor Penyebab: DeepSeek AI
Kekhawatiran investor dipicu oleh peluncuran DeepSeek, sebuah perusahaan kecerdasan buatan asal China. DeepSeek baru saja merilis model AI open-source yang diklaim hemat biaya dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat. Model tersebut menggunakan chip Nvidia H800, yang lebih terjangkau namun memiliki kapasitas lebih rendah dibandingkan chip Nvidia H100 yang biasanya digunakan oleh perusahaan besar seperti OpenAI, Google, dan Meta.
Hal ini memunculkan kekhawatiran akan berkurangnya permintaan untuk chip AI premium Nvidia, yang menjadi andalan perusahaan tersebut.
Dampak pada Industri
Tak hanya Nvidia, perusahaan semikonduktor lain seperti Broadcom juga mengalami penurunan nilai pasar hingga 200 miliar dolar AS atau 17 persen. Perusahaan data center seperti Dell, HP Enterprise, dan Super Micro Computer, yang bergantung pada GPU Nvidia, mencatatkan penurunan sekitar 5,8 persen. Bahkan Oracle mengalami penurunan signifikan sebesar 14 persen.
Kekayaan CEO Nvidia Ikut Terkikis
Akibat penurunan harga saham, kekayaan Jensen Huang, CEO sekaligus pendiri Nvidia, merosot drastis sebesar 20,8 miliar dolar AS. Kini, kekayaannya tercatat sebesar 103,7 miliar dolar AS, turun dari sebelumnya 124,4 miliar dolar AS.
Optimisme dari Analis
Meski demikian, analis dari Cantor tetap optimis bahwa kekhawatiran ini tidak beralasan. Mereka memperkirakan bahwa kebutuhan industri AI untuk komputasi yang lebih besar akan terus meningkat seiring waktu.
Penurunan ini juga mengingatkan kita pada momen-momen serupa di industri teknologi, seperti penurunan kapitalisasi pasar Meta sebesar 232 miliar dolar AS pada 2022 dan Apple yang kehilangan 182 miliar dolar AS pada 2020.
Fenomena ini menunjukkan betapa dinamisnya pasar teknologi global, terutama di tengah persaingan sengit dalam inovasi kecerdasan buatan.
Sumber: KompasTekno, CNBC



