Jakarta, Suarabersama.com – Di era digital yang penuh tantangan ini, orangtua memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan pemikiran anak agar terhindar dari paham radikalisme dan intoleransi. Berikut tujuh cara yang bisa dilakukan:
Memberikan Pendidikan Agama yang Moderat
Pendidikan agama yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan sangat penting. Orangtua perlu menjelaskan bahwa agama mengajarkan kasih sayang dan menghormati perbedaan.
Menanamkan Nilai Kebangsaan
Mengajarkan anak tentang sejarah dan budaya Indonesia dapat memperkuat rasa cinta tanah air. Hal ini membantu anak memahami pentingnya persatuan dalam keberagaman.
Mengajarkan Berpikir Kritis
Orangtua harus mendorong anak untuk selalu mempertanyakan informasi yang mereka terima. Dengan berpikir kritis, anak mampu membedakan antara fakta dan opini yang tidak valid.
Memantau Aktivitas Online Anak
Internet menjadi media penyebaran paham radikal yang cukup efektif. Orangtua perlu memantau dan membatasi akses anak ke situs-situs yang berpotensi berbahaya serta mengarahkan mereka ke konten positif.
Memberikan Contoh Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Orangtua yang menunjukkan sikap saling menghargai dalam interaksi sehari-hari akan membentuk pola pikir inklusif pada anak.
Membuka Dialog Terbuka tentang Perbedaan
Diskusi tentang perbedaan pendapat, keyakinan, dan budaya harus menjadi bagian dari komunikasi di rumah. Dengan berdialog, anak belajar menghargai perbedaan dan menghindari sikap eksklusif.
Membangun Rasa Empati dan Kepedulian Sosial
Mengajarkan anak untuk peduli pada orang lain dan memahami perasaan mereka dapat mengurangi risiko intoleransi. Anak yang empati lebih sulit terpengaruh ajakan untuk melakukan tindakan radikal.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orangtua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang toleran dan berpikir terbuka, sehingga terhindar dari pengaruh paham radikalisme dan intoleransi.



