Jakartya, Suarabersama.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi meluncurkan Command Center pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk tahan terhadap gempa bumi. Fasilitas ini memanfaatkan teknologi Friction Pendulum yang memungkinkan sistem peringatan dini tetap beroperasi meski terjadi gempa besar.
Berlokasi di Jakarta, pusat kendali ini difungsikan sebagai pusat utama untuk pengolahan data serta kendali operasional sistem peringatan dini bencana. Pembangunan ini merupakan bagian dari program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) yang mendapatkan pendanaan dari Bank Dunia. Untuk menjamin keberlanjutan layanan saat pusat utama terdampak, BMKG juga membangun fasilitas cadangan (backup center) di Bali.
“Gedung ini kami rancang dengan struktur tahan gempa yang mengandalkan teknologi Friction Pendulum Base Isolator untuk meredam guncangan. Artinya, ketika gempa terjadi, seluruh sistem tetap bisa berjalan tanpa gangguan. Ini bukan sekadar gedung, tapi jantung dari sistem penyelamat nyawa,” kata Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat meresmikan fasilitas tersebut di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 21 Juli 2025.
Dwikorita juga menyampaikan bahwa proyek IDRIP merupakan strategi nasional untuk memperkuat sistem peringatan dini geofisika dan iklim, yang mencakup Tsunami Early Warning System (TEWS), Earthquake Early Warning System (EEWS), Meteorology Early Warning System (MEWS), dan Climatology Early Warning System (CEWS).
Semua sistem tersebut akan digabungkan dalam satu ruang komando yang bekerja selama 24 jam nonstop, dilengkapi dengan sistem backup berteknologi tinggi. “Kami membangun ini sebagai komitmen terhadap Visi Indonesia Emas 2045, menjadikan Indonesia negara tangguh bencana dan berdaulat teknologi,” lanjut Dwikorita.
Inovasi Struktur Gedung
Sementara itu, Bagus Tri Setyana, Direktur Operasional PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, menjelaskan bahwa struktur bangunan memiliki sembilan lantai dan dua basement dengan luas keseluruhan 8.679,88 meter persegi. Keunikan gedung ini terletak pada penggunaan 23 titik base isolator tipe Friction Pendulum, teknologi yang belum pernah diterapkan sebelumnya di data center Indonesia.
“Sistem ini mampu menahan guncangan gempa dengan periode ulang hingga 2.500 tahun. Pemasangan dilakukan setelah struktur utama selesai, menggunakan sistem jacking untuk memastikan akurasi dan keamanan,” jelasnya.
Pembangunan gedung ini merupakan bagian dari proyek pengembangan sistem operasional InaTEWS untuk lokasi Jakarta dan Bali, dengan nilai kontrak awal sebesar Rp207,88 miliar yang kemudian meningkat dalam adendum terakhir menjadi Rp252 miliar. Proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditujukan untuk memperkuat kapasitas mitigasi bencana di Indonesia.
Dengan diluncurkannya Command Center ini, BMKG memperkuat peran strategisnya dalam sistem penanggulangan bencana nasional dan menjadi pelopor penggunaan teknologi infrastruktur tahan gempa untuk fasilitas vital negara.