Suara Bersama

AS Konfirmasi Pasukan Korea Utara Terlibat dalam Perang Rusia-Ukraina

Jakarta, Suarabersama.com – Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa tentara Korea Utara (Korut) telah ikut terlibat langsung dalam konflik Rusia vs Ukraina. Laporan ini pertama kali disampaikan oleh Vedant Patel, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, yang menyatakan bahwa lebih dari 10.000 tentara dari Democratic People’s Republic of Korea (DPRK) telah dikirim ke Rusia Timur dan sebagian besar dari mereka kini ditempatkan di Oblast Kursk, wilayah barat Rusia, untuk terlibat dalam operasi militer bersama pasukan Rusia.

“Lebih dari 10.000 tentara DPRK telah dikirim ke Rusia timur, dan sebagian besar dari mereka telah dipindahkan ke Oblast Kursk, tempat mereka mulai terlibat dalam operasi tempur dengan pasukan Rusia,” kata Patel dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip Bloomberg pada Rabu (13/11/2024).

Keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Rusia-Ukraina ini pertama kali dilaporkan oleh pejabat Ukraina, yang mengatakan mereka telah berhadapan langsung dengan tentara Korut di medan perang. Namun, Kementerian Pertahanan Korea Selatan belum memberikan konfirmasi lebih lanjut terkait laporan ini.

Pelatihan dan Tantangan Integrasi

Patel mengungkapkan bahwa Rusia telah memberikan pelatihan kepada tentara Korea Utara dalam berbagai keterampilan tempur, termasuk artileri, drone, dan keterampilan lain yang diperlukan untuk operasi garis depan. Meski demikian, Patel menambahkan bahwa masih ada tantangan besar terkait interoperabilitas, kendala bahasa, serta masalah komando, kontrol, dan komunikasi yang perlu diatasi antara kedua pihak yang bertempur bersama di garis depan.

“Tantangan utama yang harus mereka atasi termasuk interoperabilitas, kendala bahasa, komando dan kontrol, serta komunikasi,” ujar Patel.

Perkembangan di Kursk dan Kekhawatiran Dukungan AS

Kehadiran tentara Korea Utara di Kursk terjadi di tengah pertempuran sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina di wilayah tersebut. Kursk adalah area yang direbut oleh pasukan Ukraina pada bulan Agustus, dan Rusia kini berusaha keras untuk merebut kembali wilayah tersebut. Sementara itu, di Ukraina, kekhawatiran semakin meningkat terkait dukungannya dari AS menyusul kemenangan pemilu Donald Trump yang diprediksi semakin mendekat.

Trump, yang telah mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada pemilu 2024, sebelumnya berjanji selama kampanye untuk bertindak sebagai perantara dalam menghentikan perang dan mencapai kesepakatan perdamaian. Hal ini menambah kecemasan di Kyiv bahwa Ukraina mungkin terpaksa menerima penyelesaian sementara atau pembekuan konflik, yang pada gilirannya memberikan waktu bagi Kremlin untuk memperkuat militernya.

Pertemuan antara Zelensky dan Trump

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengungkapkan bahwa perencanaan awal sedang dilakukan untuk mengatur pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Donald Trump, yang kemungkinan akan dilaksanakan setelah pelantikan Trump sebagai presiden jika ia kembali terpilih pada Januari 2025. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai apakah pertemuan tersebut akan diadakan sebelum atau setelah pelantikan Trump.

Situasi ini semakin memperumit dinamika internasional yang melibatkan Rusia, Ukraina, dan kekuatan besar lainnya, serta menambah ketidakpastian mengenai arah dan durasi perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini.

(HP)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × three =