Jakarta,suarabersama.com, Indonesia terus berjuang melawan ancaman radikalisme dan terorisme yang semakin kompleks di tahun 2024. Meski upaya penanggulangan telah dilakukan, namun tantangan tetap ada dengan munculnya ideologi-ideologi baru yang mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat.
Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan terorisme. “Kami terus mengedukasi masyarakat untuk lebih waspada dan memahami tanda-tanda radikalisme di sekitar mereka,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar, dalam sebuah wawancara dengan Kompas.
Upaya pencegahan ini tidak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Pemerintah bekerja sama dengan berbagai lembaga, baik dalam maupun luar negeri, untuk memerangi ancaman ini. “Kolaborasi antara lembaga pemerintah, komunitas, dan organisasi internasional menjadi kunci dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme di Indonesia,” ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, dalam sebuah acara di Jakarta.
Pendekatan sosial dan pendidikan juga menjadi fokus utama. Pemerintah telah memasukkan materi tentang bahaya radikalisme dalam kurikulum pendidikan nasional. “Pendidikan adalah fondasi utama untuk membangun masyarakat yang tangguh terhadap ideologi ekstrem,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, seperti yang dilansir oleh Detik.
Di era digital ini, teknologi menjadi alat penting dalam mengidentifikasi dan mencegah penyebaran ideologi radikal. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk memantau aktivitas online yang mencurigakan. “Kami menggunakan teknologi untuk memantau dan menganalisis percakapan online yang berpotensi mengarah pada tindakan terorisme,” ungkap Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, kepada Liputan6.
Selain pencegahan, program deradikalisasi juga diterapkan untuk mereka yang sudah terpapar ideologi radikal. Program ini bertujuan untuk mengubah pola pikir ekstremis menjadi lebih moderat. “Program deradikalisasi telah menunjukkan hasil yang positif, banyak mantan narapidana terorisme yang berhasil kembali ke masyarakat dengan pola pikir yang lebih baik,” jelas Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol. Dedi Prasetyo, dalam pernyataannya kepada Tempo.
Antisipasi radikalisme dan terorisme di Indonesia tahun 2024 memerlukan upaya bersama dari berbagai elemen masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran, kolaborasi antar lembaga, pendekatan pendidikan, pemanfaatan teknologi, dan program deradikalisasi yang efektif, diharapkan ancaman ini dapat diminimalisir. Terus waspada dan berperan aktif dalam pencegahan radikalisme adalah kunci untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai.
sc:L



