Suara Bersama

AA Gede Agung Wedhatama: Dari IT ke Pertanian, Membangun Komunitas Petani Muda Keren dengan Sentuhan Teknologi

Jakarta, Suarabersama – Motivasi utama AA Gede Agung Wedhatama dalam membentuk komunitas Petani Muda Keren adalah untuk memberikan manfaat kepada banyak orang, terutama dalam menghadapi tantangan di sektor pertanian Bali. Agung, yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang IT, memulai karirnya sebagai pengusaha di sektor teknologi.

 

“Saya dulu bergerak di berbagai bidang IT, mulai dari bisnis warnet hingga software developer,” ungkapnya saat ditemui di Jatiluwih, Bali, beberapa waktu lalu.

 

Namun, bisnis IT-nya tidak berjalan mulus. Agung mengalami kejadian yang mengubah jalur kariernya, hingga akhirnya memutuskan untuk beralih ke pertanian.

 

“Dalam perjalanan hidup saya, ada ujian yang membawa saya ke dunia pertanian. Di sini, saya menemukan kedamaian dan kesadaran bahwa ini adalah sesuatu yang bermanfaat,” kata Agung, menceritakan pengalaman spiritualnya.

 

Meskipun beralih ke dunia pertanian, Agung tidak meninggalkan keahliannya di bidang teknologi. Ia mendirikan startup pertanian, PT Bos (Bali Organik Subak), yang fokus pada pembuatan pupuk organik, serta PT Wedhatama Sukses Makmur yang membantu petani dalam penanaman dan budi daya tanaman.

 

“Ketika saya bertemu dengan para petani, hidup saya jadi lebih bermakna. Kami mencari solusi bersama, menanam, membuat pupuk, hingga menjual hasil tani,” katanya.

 

Melalui komunitas Petani Muda Keren, Agung memberikan dukungan berupa pembiayaan, bibit, hingga pupuk bagi petani. Ia juga mendorong penggunaan teknologi modern dalam pertanian, termasuk sistem irigasi pintar dan teknologi penyiraman otomatis yang terkoneksi internet melalui Starlink.

 

“Starlink sangat membantu mengatasi masalah koneksi internet di daerah pertanian yang sebelumnya mengalami blank spot. Ini sangat penting untuk penerapan teknologi seperti IoT (Internet of Things),” jelas Agung.

 

Selain itu, Agung juga mendirikan BOSFresh untuk membantu penyerapan hasil pertanian komunitasnya. Para petani yang bergabung dalam komunitas ini mampu meraih pendapatan antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan.

 

“Tapi mereka adalah petani, bukan buruh tani, dan menggunakan teknologi seperti smart irrigation serta smart farming,” ujarnya.

 

Berkat kerja sama dalam komunitas, mereka berhasil mengekspor buah-buahan, seperti manggis, mangga, salak, dan buah naga. Ekspor terbesar yang pernah dilakukan adalah buah manggis, yang berhasil dikirim ke China pada tahun 2017.

 

“Kami telah mengekspor manggis ke China, serta sebelumnya ke Vietnam dan Thailand,” pungkasnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one + 2 =