Suara Bersama

Pemuda Papua, Maluku, dan Aceh Gaungkan Persatuan Nasional dalam Aksi Damai “NKRI Harga Mati”

Jakarta, suarabersama.com – Aksi damai yang digelar oleh ratusan pemuda asal Papua, Maluku, dan Aceh di kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta menarik perhatian publik dan media. Aksi ini bertujuan untuk menolak gagasan separatis yang ingin memisahkan ketiga wilayah tersebut dari Indonesia dengan slogan “Free West Papua,” “Free Maluku,” dan “Free Aceh.” Para pemuda ini justru menggaungkan slogan “NKRI Harga Mati” sebagai bentuk komitmen mereka untuk menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia.

Dalam aksi yang penuh semangat kebersamaan ini, para pemuda membawa spanduk dan bendera merah putih, serta menyanyikan lagu-lagu kebangsaan untuk menunjukkan kesetiaan mereka terhadap NKRI. Salah satu perwakilan pemuda asal Papua, Jefry Wenda, mengungkapkan bahwa pemuda di Papua, Maluku, dan Aceh merasakan kebanggaan sebagai bagian dari Indonesia dan siap untuk bersama-sama menjaga persatuan bangsa. “Kami tidak ingin terpecah-belah. Indonesia adalah rumah kami, dan kami ingin melihat Papua, Maluku, dan Aceh maju bersama wilayah-wilayah lain dalam bingkai NKRI,” tegas Jefry.

Sementara itu, seorang pemuda asal Maluku, Andi Leleury, menyatakan bahwa keberagaman adalah kekuatan Indonesia. Menurutnya, setiap perbedaan budaya dan bahasa di Indonesia justru memperkaya bangsa dan menguatkan identitas nasional. “Kami bangga dengan keberagaman kita, dan kami yakin bahwa semua masyarakat di Papua, Maluku, dan Aceh memiliki hak yang sama untuk maju dan berkembang bersama-sama,” ujar Andi.

Para peserta aksi juga menyuarakan keprihatinan terhadap kelompok-kelompok yang diduga berupaya menghasut masyarakat Papua, Maluku, dan Aceh untuk terpisah dari Indonesia. Mereka menekankan bahwa suara-suara separatis ini tidak mewakili aspirasi mayoritas masyarakat di wilayah tersebut. Menurut mereka, perbedaan pendapat memang wajar dalam sebuah negara yang demokratis, namun langkah untuk memisahkan diri bukanlah solusi yang tepat. “Kami lebih memilih dialog dan pembangunan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada,” ujar Anita Fauziah, seorang pemuda asal Aceh.

Pakar sosiologi dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Budi Santoso, turut memberikan pandangan terkait aksi ini. Menurutnya, keberadaan pemuda yang bersatu dalam menjaga keutuhan NKRI adalah tanda positif bahwa nasionalisme masih hidup dan tumbuh di kalangan generasi muda. “Pemuda yang menyadari pentingnya keutuhan bangsa adalah aset bagi Indonesia. Kita harus menghargai dan mendukung inisiatif mereka untuk membela persatuan negara,” tuturnya.

Aksi damai ini berakhir dengan pembacaan ikrar yang menyatakan bahwa Papua, Maluku, dan Aceh akan selalu menjadi bagian dari Indonesia. Para pemuda ini berharap agar masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat bersatu dan terus memperkuat rasa persaudaraan tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau budaya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × 2 =