Suara Bersama

Mengenang Tragedi Kelam 11 September

Jakarta, Suarabersama.com – Pada 11 September 2001, Amerika Serikat menghadapi serangan teroris yang menghancurkan, saat pelaku teror merebut empat pesawat komersial yang tengah terbang di wilayah timur AS. Pesawat-pesawat ini kemudian digunakan sebagai senjata untuk menabrak gedung-gedung penting, menyebabkan ribuan kematian.

Menurut laporan BBC News, keempat pesawat tersebut dirampas secara bersamaan oleh tim pembajak yang terlatih. Mereka mengarahkan pesawat-pesawat itu sebagai rudal besar untuk menghancurkan bangunan-bangunan di New York dan Washington, D.C.

Dua pesawat diarahkan ke Menara Kembar World Trade Center di New York. Pesawat pertama, American Airlines Flight 11, menabrak Menara Utara pada pukul 08:46 waktu setempat, diikuti oleh pesawat kedua, United Airlines Flight 175, yang menghantam Menara Selatan pada pukul 09:03. Kedua menara, yang masing-masing memiliki 110 lantai, terbakar hebat, menjebak banyak orang di lantai atas, dan akhirnya runtuh dalam waktu kurang dari dua jam.

Pada pukul 09:37, pesawat ketiga, American Airlines Flight 77, menghancurkan sisi barat Pentagon, markas besar militer Amerika di luar Washington, D.C. Pesawat keempat, United Airlines Flight 93, jatuh di sebuah ladang di Pennsylvania pada pukul 10:03 setelah penumpang melawan pembajak. Diperkirakan, tujuan pesawat ini adalah Gedung Capitol di Washington, D.C. Serangan ini kemudian dikenal sebagai serangan 9/11.

Jumlah Korban Serangan 9/11

Total korban serangan ini mencapai 2.977 orang, tidak termasuk 19 pembajak. Semua penumpang dan awak di keempat pesawat tewas. Di Menara Kembar, 2.606 orang kehilangan nyawa—baik di lokasi kejadian atau akibat cedera kemudian—sementara di Pentagon, 125 orang tewas. Korban termuda adalah Christine Lee Hanson yang berusia dua tahun, tewas bersama orang tuanya, Peter dan Sue, sementara korban tertua adalah Robert Norton, berusia 82 tahun, yang berada di pesawat lain bersama istrinya, Jacqueline, dalam perjalanan menuju sebuah pesta pernikahan.

Saat pesawat pertama menabrak, diperkirakan ada sekitar 17.400 orang di Menara Kembar. Tidak ada yang selamat di atas zona benturan di Menara Utara, tetapi 18 orang berhasil melarikan diri dari lantai di atas zona benturan di Menara Selatan. Para korban berasal dari 77 negara berbeda, dan New York kehilangan 441 petugas responden pertama. Selain itu, ribuan orang mengalami luka-luka atau kemudian menderita penyakit terkait serangan, termasuk petugas pemadam kebakaran yang bekerja di puing-puing beracun.

Identitas Penyerang 9/11

Serangan ini dilakukan oleh 19 pembajak yang merupakan bagian dari jaringan ekstremis Islam al-Qaeda. Dipimpin oleh Osama Bin Laden, al-Qaeda merencanakan serangan ini sebagai balasan atas konflik yang melibatkan dunia Muslim. Para pembajak terbagi dalam empat tim, dengan setiap kelompok terdiri dari individu yang telah dilatih sebagai pilot di sekolah penerbangan di AS. Lima belas pembajak adalah warga Saudi, dua orang dari Uni Emirat Arab, satu dari Mesir, dan satu dari Lebanon.

Penangkapan Osama Bin Laden

Kurang dari sebulan setelah serangan, Presiden George W. Bush memimpin invasi ke Afghanistan untuk memburu al-Qaeda dan Osama Bin Laden. Namun, Bin Laden baru ditemukan dan dibunuh oleh pasukan AS di Pakistan pada tahun 2011. Khalid Sheikh Mohammed, yang diduga sebagai perencana utama serangan, ditangkap di Pakistan pada tahun 2003. Setelah bertahun-tahun ditahan tanpa diadili di Guantanamo, ia dan dua pelaku lainnya telah menandatangani perjanjian pembelaan untuk menghindari hukuman mati. Al-Qaeda masih aktif dan merupakan kelompok ekstremis paling kuat di Afrika Sub-Sahara.

Dampak pada Dunia Penerbangan

Pemulihan lokasi runtuhnya Menara Kembar, dikenal sebagai Ground Zero, memakan waktu lebih dari delapan bulan. Sekarang, tugu peringatan dan museum berdiri di lokasi tersebut, dan bangunan baru, termasuk One World Trade Center atau “Freedom Tower” yang tingginya mencapai 541 meter, telah dibangun. Rekonstruksi Pentagon selesai dalam waktu kurang dari setahun, dengan staf kembali bekerja pada Agustus 2002.

Serangan 11 September memicu peningkatan signifikan dalam keselamatan penerbangan global. Di AS, Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) dibentuk untuk meningkatkan pengamanan di bandara dan pesawat. Langkah-langkah keselamatan termasuk wajib melepas sepatu di pos keamanan, sistem deteksi bahan peledak dengan gambar 3D, serta pelarangan cairan di kabin pesawat. Pilot kini diminta membawa senjata api, dan jumlah petugas kepolisian udara ditambah. Perubahan ini secara permanen mengubah cara penerbangan global diatur dan dilindungi.

Hni

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve − three =