Jakarta, Suarabersama.com – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan bahwa stabilitas sistem keuangan pada kuartal II 2024 tetap terjaga meskipun ada peningkatan tekanan di pasar keuangan global. Ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik yang tinggi masih menjadi tantangan saat ini.
“Kami semua melakukan koordinasi dan meningkatkan kewaspadaan seiring dengan masih sangat dinamisnya kondisi perekonomian global dan nasional,” ujar Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers mengenai Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2024 di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Jumat (2/8/2024).
KSSK, yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, LPS, dan Otoritas Jasa Keuangan, bertekad untuk memperkuat koordinasi dan sinergi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi global serta ketidakpastian yang masih berlanjut pada 2024. Pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II 2024 diperkirakan akan tetap berada di kisaran 5%.
Dari sisi perekonomian global, ketidakpastian geopolitik masih berlangsung, dengan situasi di Timur Tengah dan perang yang terus berlanjut antara Ukraina dan Rusia. Di samping itu, banyak negara demokrasi besar sedang melaksanakan pemilihan umum, yang mengakibatkan banyak kebijakan overheated, seperti di Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan Jerman.
“Ini semua menimbulkan dinamika geopolitik karena negara-negara besar dipengaruhi dan juga memengaruhi kondisi global,” jelas Sri Mulyani.
Dia menambahkan bahwa tekanan terhadap perekonomian mulai mereda menjelang kuartal III 2024. Namun, KSSK tetap memantau berbagai risiko yang ada. Sri Mulyani menegaskan bahwa ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi, meskipun pertumbuhan ekonomi dunia relatif stabil namun tetap lemah.
“Pada 2024, kita semua melihat dan memahami semua outlook yang dilakukan lembaga internasional menunjukkan pertumbuhan ekonomi stabil tetapi di level yang lemah,” terang Sri Mulyani.
Menurut World Economic Outlook yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi global pada 2024 diperkirakan hanya mencapai 3,2%. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang mencapai 3,3%.
“Kalau pada 2024, outlook 3,2% ini berarti pertumbuhan ekonomi dunia masih stagnan dan lemah. Bahkan, lebih lemah dari tahun lalu yang sudah dianggap sebagai tahun yang stagnan dan lemah,” jelas Sri Mulyani.
Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat dianggap masih berjalan optimal berkat permintaan domestik yang kuat. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi China masih belum solid dengan pertumbuhan kuartal II 2024 hanya 3,47%, meskipun China menargetkan pertumbuhan di angka 5%.
“Ini karena konsumsi dan investasi masih lemah dan juga persoalan di sektor properti yang masih berlanjut tekanannya,” pungkas Sri Mulyani.
(XLY)



