Jakarta, Suarabersama.com – Ketahanan nasional harus didasarkan pada kedaulatan pangan dan ketersediaan pangan yang harus terjamin tanpa masalah. “Swasembada dapat dicapai jika produksi mampu digenjot. Untuk menggenjot produksi pangan mesti dilakukan dengan inovasi,” ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (PPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Inovasi dalam pertanian harus disebarluaskan ke berbagai daerah, terutama dengan adanya petani milenial yang mulai melek teknologi dan akan menjadi generasi penerus pertanian Indonesia.
Dukungan terhadap arahan Kementan untuk menyebarluaskan inovasi pertanian datang dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Syngenta Indonesia yang berkomitmen mendukung pemerintah dalam mencapai swasembada pangan nasional melalui pengembangan benih jagung unggul berkualitas, termasuk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda. “Salah satu varietas benih hibrida baru yang kami luncurkan ialah produk jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda, yaitu tahan terhadap penggerek batang dan toleran terhadap herbisida glifosat. Inovasi ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung swasembada jagung nasional. Selain itu, Syngenta mendukung program bantuan benih pemerintah,” jelas Imam Sujono, Seed Marketing Head Syngenta Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% pada 2023 mencapai 14,77 juta ton. Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi jagung nasional guna mencapai swasembada pangan, sejalan dengan target Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. Indonesia diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga dapat mengekspor ke luar negeri. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan lahan pertanian yang luas dan subur, peningkatan sumber daya manusia (SDM), regenerasi petani, infrastruktur yang memadai, regulasi yang baik, serta inovasi teknologi pertanian.
Penggunaan benih unggul berkualitas tinggi merupakan kunci utama keberhasilan swasembada pangan. Tanpa benih berkualitas, petani akan kesulitan mencapai produksi optimal, terutama di tengah tantangan seperti perubahan iklim, keterbatasan pupuk, serta serangan hama dan penyakit tanaman.
Syngenta berinovasi dengan mengembangkan benih jagung bioteknologi untuk membantu petani menghadapi tantangan tersebut. Pada awal 2024, Syngenta meluncurkan dan memasarkan NK Pendekar Sakti, benih jagung bioteknologi pertama di Indonesia dengan keunggulan ganda. Varietas ini tahan terhadap penggerek batang (Asian corn borer/Ostrinia furnacalis) dan toleran terhadap herbisida glifosat.
Dengan keunggulan ganda ini, petani memperoleh tiga manfaat utama: pertama, kemudahan dalam merawat tanaman dari gulma dan serangan hama penggerek batang; kedua, penghematan biaya usaha tani karena penggunaan pestisida dan tenaga kerja yang lebih sedikit; ketiga, peningkatan hasil panen karena menghindari kehilangan hasil akibat kompetisi nutrisi dengan gulma dan kerusakan akibat hama penggerek batang.
(XLY)



