Suara Bersama

Hamas Desak Trump dan Komunitas Internasional Awasi Kepatuhan Israel

Jakarta – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah tercapainya kesepakatan tahap pertama gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza. Pernyataan itu dirilis pada Kamis (9/10), sebagaimana dilaporkan oleh Al Jazeera.

“[Kami] telah mencapai kesepakatan yang menetapkan diakhirinya perang di Gaza, penarikan pasukan pendudukan darinya, masuknya bantuan, dan pertukaran tahanan,” demikian isi rilis resmi Hamas.

Dalam pernyataannya, Hamas juga mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta para mediator dan komunitas internasional, untuk menjamin Israel mematuhi semua poin dalam kesepakatan.

“[Kami meminta] pemerintah pendudukan [Israel] untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratan perjanjian,” lanjut Hamas dalam pernyataan tersebut.

Kelompok tersebut menyebut bahwa Israel memiliki rekam jejak pelanggaran kesepakatan dalam konflik sebelumnya, termasuk saat menjalin gencatan senjata baik dengan Hamas sendiri maupun dengan Hizbullah di Lebanon.

Respons Israel dan Trump

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut kesepakatan ini sebagai “hari yang baik untuk Israel.” Kantor PM Israel juga melaporkan bahwa Netanyahu telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Trump, yang disebut berlangsung “sangat emosional dan hangat.”

“[Keduanya] saling memberi selamat atas pencapaian bersejarah penandatanganan perjanjian pembebasan semua sandera,” demikian bunyi pernyataan dari kantor Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera.

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan secara resmi pada Rabu (8/10) waktu setempat, melalui unggahan Donald Trump di platform media sosial miliknya, Truth Social.

“Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian (Peace Plan) kami,” tulis Trump.

Trump menambahkan bahwa seluruh sandera akan dibebaskan dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati bersama.

Agresi militer Israel terhadap Palestina dimulai pada Oktober 2023, dengan serangan intensif yang menyasar warga sipil dan berbagai infrastruktur. Menurut data yang dilaporkan hingga saat ini, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas, dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi. (*)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 − five =